Definisi Morfologi:
Morfologi adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik.
A.
Kata Berimbuhan/Berafiks
1. Penggunaan fiks/imbuhan “ter-“ pada dasarnya memiliki dua fungsi, yaitu:
a.
Membentuk verba (kata kerja) pasif, misalnya terduduk,
terbatas, terangkat. Adapun nosinya dapat digolongkan menjadi 2:
1)
Menyatakan "sudah di, sudah dalam keadaan
di", misalnya terbuka, terduduk, terkunci.
2) Menyatakan
"dapat di", misalnya, terangkat, terbaca, terlihat.
Ada kalanya afiks ter-
berfungsi membentuk verba aktif, misalnya pada kata tersenyum
b. Membentuk kata adjektiva/sifat. Kata sifat
ini dapat diuji dengan perluasan kata yang menyatakan tingkat perbandingan,
misalnya agak, sangat, paling. Adapun nosinya sebagai berikut:
1) sudah dalam keadaan", misalnya terbatas.
2) Jika ter- melekat pada kata dasar kata
sifat atau kata benda, ter- menyatakan "paling", misalnya terkecil, teratas,
terdepan, terbelakang.
Kata-kata berikut tidak terbentuk
dari afiks ter-, yakni terjal, terka, ternak
Kembangkan
pemakaian afiks ter- dengan mencari contoh kata berafiks ter- dan
menggunakannya dalam kalimat yang berbeda-beda!
2.
Penggunaan afiks ber-,
ber-kan, dan ber-an
a.
Afiks “ber-“ berfungsi membentuk kata kerja aktif
intransitif, dengan nosi:
1) Jika
kata dasarya berupa verba kata kerja, afiks ber- menyatakan "melakukan
pekerjaan", misalnya berdandan, berolahraga, berdagang.
2) Menyatakan
makna "mengandung, ada", misalnya berair, beracun, berbisa.
3) "Memancarkan",
misalnya bersinar, bercahaya.
4) "Memanjatkan",
misalnya berdoa.
5) "Mengucapkan,
mengikrarkan, mengeluarkan, menyampaikan", misalnya betjanji, bersumpah, berpesan,
6) "Menjadi",
misalnya bertamu, berjaya.
7) "Menunjukkan", misalnya berbakti.
8) "Naik, mengendarai", misalnya berkuda,
berkereta api, bersepeda.
9) " Menggunakan, memakai",
misalnya berkaca mata, bersepatu.
10) "Menghabiskan, menggunakan",
misalnya bermalam. Berlibur.
11) "Pergi ke, minta tolong ke",
misalnya berguru, berdukun.
12) "Menganggap sebagai, menjadikan
sebagai”, misalnya berteman.
13) “Melahirkan
mengeluarkan:, misalnya kambing sedang beranak, ayam bertelur.
14) "Memanggil sebagai", misalnya berengkau,
beribu, beranda.
15) "Timbul, tumbuh", misalnya berbunga,
berbuah, bertunas.
16) Menggunakan, ada", misalnya kereta
berkuda.
17) "Terkumpul menjadi", misalnya bersatu.
18) "Terkumpun dalam jumlah",
misa1nya berlima, berdua.
19) "Kena, menderita", misalnya malam
berembun, siang berpanas matahari.
20) Menyatakan "milik, memiliki,
mempunyai", misa1nya berharga, berharapan, berpotensi.
21) Nosi ber- tidak jells, separate pada
kata-kata bertamu, berlalu, bersusah, bersakit, berbeda.
Berikut bukan kata bentukan dengan afiks ber-, misalnya berapa, berani, beruang
kutub.
b.
Afiks ber-kan
Kita perhatikan kata berdasarkan, beranggotakan,
bermandikan. Kata bentukan tersebut dari dasar, anggota, mandi menjadi
berdasarkan, beranggotakan, bermandi, kemudian menjadi berdasarkan, beranggotakan,
dan bermandikan. Dengan demikian, nosinya, misalnya kita ambil kata yang
pertama, yakni berdasarkan terbentuk dari berdasar "menggunakan
dasar" menjadi berdasarkan "berdasar pada".
c. Afikasi
ber-an
Berbeda dengan
afiks ber-kan, ber-an adalah satu afiks yang menjadi secara simultan / serempak
yang disebut konfiks. Adapun bentuknya ada ber-an yang tergolong . Konfiks ada
pula ber-an yang terjadi secara hierarki.
Perhatikan dua
deret bentuk berikut.
Ber-an bukan konfiks
Berhadapan
Berkenalan
Bergandengan
|
Ber-an sebagai konfiks
Berpengalaman
Berpakaian
Berurusan
|
Afiks ber-an sebagai konfiks nosinya menyatakan makna
"resiproka1/saling" Jika kata bergandengan dianalisis ber+gandengan,
pada kata tersebut tidak ada afiks ber-an. Dengan demikian, nosi afikasinya
tidak menyatakan "saling":, melainkan ber- "memiliki", dan
-an pada gandengan "yang di".
3.
Penggunaan afiks pe-, pe-an, per-, dan per-an
a.
Afiks per
Afiks pe- ada yang bernasal dan ada yang tidak
bernasal. Perhatikan kata-kata yang berpasangan berikut!
Afiks pe- bernasal
Penembak
Penyruh
Pendapat
Penatar
|
Afiks pe-tak bernasal
Petembak
Pesuruh
Pedagang
Petatar
Petani
Peternak
|
Jika kita perhatikan keduanya memiliki fungsi yang
sama, yakni terbentuk kata benda/nomina. Selanjutnya Anda dapat mendeskripsikan
nosi yang terdapat pada dua afiks tersebut!
b.
Afiks per
Kita
perhatikan pemakaian kata: perkecil, pertajam, pertebal, perlima, persatu. Dari
contoh tersebut kita dapat mengenali fungsi} afiks per- adalah membentuk kata
kerja. Dengan nosi:
1) "Membuat jadi lebih",
misalnya" perkecil, persempit, perdalam.
2) "Bagi menjadi", misalnya
perseratus , perlima.
3) “tiap-tiap”,
misalnya masuk satu persatu.
Ada kalanya
per- membentuk nomina/kata benda misalnya (Ber) tapa menjadi pertapa
"orang yang bertapa".
Jika afiks
per- tidak mampu mengubah kelas kata, nosinya pun sulit diterangkan atau tidak
jelas, misalnya tanda (nomina) menjadi pertanda (nomina), lambang) nomina)
menjadi perlambang (nomina).
Kata-kata
berikut bukan kata bentukan dengan afiks per-, misalnya pertama, permaisuri, percuma.
c.
Afiks pe-an
Afiks pe-an ada yang bernasal dan ada yang tidak
bernasal. Kita bandingkan kata-kata bentukan berikut:
Pe-an bemasal Pe-an tak bernasal
Pendidikan Peternakan
Pedaringan Pembuatan
Penjualan Perakitan
Penyaringan Pesanggrahan
Dari contoh
tersebut, kita kenali fungsinya adalah sama, yakni sebagai pembentuk kata benda
abstrak. Adapun nosinya pada dasarnya dapat digolongkan "hal, hasil, cara,
dan tempat"
d.
Afiks per-an
Jika afiks per- berfungsi membentuk kata kerja, dan
ada sebagai pembentuk kata benda, afiks per-an termasuk konfiks yang berfungsi
sebagai pembentuk nomina kata benda, misalnya:
Perpajakan Perpanjangan
Perbudakan Perkebunan
Perubahan
Pertemuan
Peraturan Percobaan
Adapun
nosinya pada dasarya menyatakan "hal, hasil". Kembangkan dengan
mencari kata-kata berafiks per-an, dan menggunakannya dalam kalimat.
4.
Penggunaan afiks ke-an, ke-an
a.
Afiks ke-
Dalam Bahasa Indonesia, afiks ke- berfungsi membentuk
kata bilangan tingkat, kata bilangan jumlah~ dan kata benda.
1) Pembentuk
kata bilangan tingkat, nosinya menyatakan "urutan", misalnya anak
kelima, pelajaran kedua.
2) Pembentuk
kata bilangan jumlah nosinya menyatakan "kumpulan jumlah", misalnya kedua
anak itu, kesemuanya.
3) Pembentuk
kata benda, nosinya menyatakan "yang di, yang dianggap", misalnya ketua,
kekasih, kehendak.
Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks
ke-dalam bahasa Indonesia, misalnya ketemu, kelanggar.
b.
Afiks -an
Dalam
Bahasa Indonesia, afiks -an berfungsi sebagai pembentuk kata benda/ nomina.
Dalam tataran sintaksis, kata bentukan dengan afiks -an ini dapat mengikuti
verba tran-sitif Adapun nosinya meliputi: "hal/abstraksi, basil, cara,
alat, objektif, tempat, yang memiliki sifat, orang/pelaku" seperti pada
kata didikan, praktikan, sasaran , simpatisan, latihan, lautan, manisan ,
lukisan. Kata bentukan dengan afiks -an berikut salah dalam bahasa
Indonesia, yaitu rajin latihan (verba), sekolahan (nomina), kuburan (nomina)
c.
Afiks ke-an
Afiks ke-an termasuk konfiks. Fungsinya adalah sebagai
pembentuk kata benda abstrak, dan kadang-kadang sebagai pembentuk kata kerja
pasif Sebagai pembentuk kata benda abstrak, ke-an bernosi menyatakan
"hal/abstrak dari", misalnya keadilan, kebolehan, kekuasaan, keajekan
5.
Penggunaan afiks -man, -wan, dan –wali
Ketiga
afiks ini berasal dari bahasa sansekerta. Fungsinya membentuk kata
benda, dan nosinya menyatakan "orang yang memiliki sifat". Pemakaian
-man dan -wan menyatakan jenis kelamin "laki-laki" dan -wati
menyatakan jenis kelamin "perempuan"
Contoh pemakaiannya:
Sinaman Jutawan Seni wati
Budiman Santriwan Santriwati
Olahragawan Olahragawati
Bendaharawan Bendaharawati
6.
Penggunaan afiks -I , -wi, -ah, -iah
Afiks-afiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata
sifat, nosinya menyatakan "yang memiliki sifat, bersifat". Pemakaiannya seperti:
Alam + i menjadi alami
Alam + iab menjadi alamiah
Ala + iah menjadi aliah
Ilmu + iab menjadi ilmiah
Dumia
+ wi menjadi duniawi
Jasmani+
iah menjadi jasmani
Islam
+ i menjadi islami
7.
Penggunaan afiks -is, -isme, -isasi/Sasi
a.
Afiks -is berfungsi pembentuk adjektiva/kata sifat,
nosinya menyatakan"bersifat", misalnya pancasilais, psikhologis,
nasionahs.
b.
Afiks -isme berfungsi sebagai pembentuk kata benda,
nosinya menyatakan "aliran, faham", misalnya nasionalisme, komunisme,
liberalism.
c.
Afiks –isasi/Sasi berfungsi sebagai pembentuk kata
benda, nosinya menyatakan “proses” misalnya lelenisasi, urbanisasi, neomsasl. Afiks -isasi juga benosi "kumpulan,
kesatuan dari'" misalnya pada organisasi.
8.
Partikel -lah, -kah, dan pun
Partikel
tergolong ke dalam kata tugas. Fungsinya mempertegas kata yang dilekati.
a.
Partikel –lah
Partikel -lah dapat melekat kata benda, pada kalibat
pemyataanlberita. Partike1 -lah digunakan pada kalimat inversi, yakni predikat
mendahuIui subjek. Misalnya dialah yang dicari, akulah orangnya. Partikel -lah
juga digunakan untuk menyatakan imperatif (perintah), misalnya masuklah,
bacalah secara teliti.
b.
Partikel –kah
Partikel -kah digunakan melekat pada kata kerja , kata
benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan. Fungsinya membentuk kata
tanya dalam kalimat pertanyaan. Struktur kalimat pada dasarya berstruktur
inversi, misalnya: siapakah mereka?, sudah membacakah anda?, di manakah anda
tinggal?, kapankah hanoman lahir?
c.
Partikel pun
Partikel pun melekat pada kata benda atau yang
dibendakan (substantiva), misalnya pada kalimat: Mereka tidak tahu, aku pun
demikian. Jangankan membaca, menyimak pun belum terampil. Di samping itu, pun
bersama kata yang lain berfungsi sebagai pembentuk kata tugas yang lain,
khususnya konjungsi dan penulisannya pun dirangkaikan dengan kata yang
dilekati, misalnya meskipun, walaupun, biarpun, sungguhpun.
B. Kata Ulang
Kata ulang ada1ah kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk:
membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah bahwa kata ulang
sebagai ciri utamanya adalab pasti memiliki kata dasar. Kita bedakan bentuk yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri
berikut:
Kata ulang
Duduk-duduk
Membaea-baca
Tarik-menarik
Bolak-balik
Orang-orangan
Simpang-siur
Kemerab-mera han
|
Bukan kata ulang
Compang-camping
Anai-anai
Pura-pura
Hati-hati
Mata-mata
Mondar-mandir
Alih-ali
|
Pada kata ulang terdapat kata dasar: duduk, membaca, menarik, balik,
orang, simpang, merah. Sebaliknya, pada deretan sebelah kiri bentuk:
compang/camping, anai, pura, hati, mata, mondar, alih tidak dapat berfungsi
sebagai kata dasar.
1.
Macam kata ulang dapat dibedakan menjadi:
a.
Kata ulang utuh adalah kata ulang yang antara kata
dasar dan bentuk peru1angannya adalah sama, misalnya orang-orang,
perumaban-perumaban, duduk-duduk.
b.
Kata ulang sebagian adalah kata ulang yang bentuk
peru1angannya hanya sebagian dari kata dasar, termasuk hanya sebagian bunyi vokal
atau konsonan saja, misalnya berjalan-jalan, bolak-balik, sayur-mayur.
c.
Kata ulang berkombinasi/bersimultan dengan afiks,
misalnya anak-anakan, gunung-gunungan.
2.
Nosi kata ulang dapat menyatakan makna:
a.
“Jamak, bermacam-macam”, misalnya orang-orang,
buah-buahan, sayur-mayur.
b.
Pekerjaan dilakukan berulang”, misalnya bolak-balik,
simpang-siur.
c.
"Tiruan", misalnya anak-anakan,
gunung-gunungan.
d.
"agak", misalnya kemerah-merahan.
e.
"walaupun", misalnya pahit-pahit diminumnya
obat itu, panas-panas mereka datang juga.
f.
“walaupun”, misalnya pahit-pahit diminumnya obat itu,
panas-panas mereka dating juga.
Gunakan kata-kata berikut dalam kalimat, kemudian jelaskan makna
perulangannya, yaitu sama-sama, mudah-mudahan, rata-rata, besar –besar.
C. Kata Majemuk
Walaupun pada materi Bahasa Indonesia untuk SLTP atau MTS kata majemuk
tidak ada, namun kata majemuk tersebut perlu kita pahami. Kata majemuk adalah
kata yang telah mengalami proses permajemukan. Kata majemuk adalah kata yang
unsurnya berupa morfem bebas (bukan kata). Jika kata majemuk diartikan kata
yang unsurnya berupa kata, hasil konstruksinya tidak dapat disebut kata,
melainkan frase/kelompok kata.
Secara lahiriah kata majemuk
sama dengan frase/kelompok kata. Untuk itu, kita hams dapat mengenali kata
majemuk tersebut dari segi: hubungan, konstruksi, dan nosi. Misalnya kita ambil
orang tua sebagai kata majemuk dan sebagai frase.
Ciri
hubungan: Jika di antara kata
orang dan tua dapat disela kata lain, misalnya yang, konstruksi orang tua bukan
kata majemuk melainkan frase.
Ciri
konstruksi: Jika orang tua
dapat di Kembangkan dengan kata renta, kata renta hanya berkonstruksi dengan
tua, tidak dengan orang. Dengan demikian
Konstruksi Orang tua dalam hal ini
adalah frase. Jika diperluas dengan afiks ber menjadi berorang tua, afiks
ber-adalah milik konstruksi orang tua,
Bukan Hanya
milik orang saja sehingga tidak ada konstruksi berorang. Dengan ciri ini, orang tua pada berorang tua
adalah kata majemuk
Ciri nosi Jika makna orang tua
mengacu pada orang yang sudah berusia lanjut” konstruksi orang tua adalah
frase. Jika maknanya tidak terikat pada Usia, tetapi pada “orang yang sudah
pernah melahirkan atau sudah menjadi
bapak atau ibu”, konstruksi orang tua adalah kata majemuk
D. Kelas Kata
Kelas kata disebut juga kategori kata. Dalam tata bahasa
Tradisional digunakan istilah jenis kata. Hasil klasifikasi/penggolongan kata
berdasarkan kelas kata mencakup: nomina Kata benda, verba Kata kerja, adjektiva
kata sifat, numeraliaJkata bilangan, adverbia/kata keterangan, kata tugas.
1.
Kata benda/nomina
Kata benda
dapat dibedakan atas kata benda konkret dan kata benda abstrak. Kata benda
konkret adalah kata benda yang dapat diindra (diraba, dilihat, dirasakan, di
dengan, dibau). Kata benda konkret yang berupa kata asal, misalnya: meja,
udara, rumah. Kata benda konkret yang merupakan bentukan, misalnya:
mainan, penulis, penjahit.
Kata benda abstrak adalah kata benda yang tidak dapat
diindra, misalnya kata benda bentukan dari afiks pe-an, per-an, ke-an seperti:
pembuatan, perbaikan, keadilan.
2.
Kata kerja
Kata kerja adalah kata yang menyatakan
tindakan/perbuatan, baik aktif, maupun pasif. Kata kerja aktif dibedakan atas
transitif dan intransitif
a.
Kata kerja aktif transitif,
1)
Kata kerja dasar: makan, minum
2)
Berafiks me-: membaca, menulis
3)
Berafiks me-kan/i: membacakan, mendampingi
4)
Berafiks memper-: mempercantik, memperjelas
5)
Berafiks memper-kan/i: memperkerjakan, mempercayai
6)
Berafiks member-kan: memberlakukan, memberhentikan
b.
Kata kerja aktif intransitif, meliputi
1)
Berafiks me-: menyanyi
2)
Berafiks ber-: bersembunyi, bercerita
3)
Berafiks ber-kan: berdasarkan, bertuliskan
4)
Berafiks ter-: tersenyum
c.
Kata kerja pasif
1) Kata kerja fasif di-: dibaca,
diberlakukan, dibatalkan
2) Kata
kerja pasif ter-: terbaca, terpelihara
3)
Kata kerja pasif ke-an: kehujanan, ketakutan, kepanasan
3.
Kata sifat / akjektiv
Kata sifat dapat dinegatitkan dengan kata tidak. Selanjutnya
dapat diperluas dengan kata yang menyatakan tingkat perbandingan. Dalam
struktur sintaksis, kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda.
Kembangkan contoh!
4.
Kata keterangan
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kata
kerja atau kata sifat, misalnya rahin belajar, masih muda, belum beristri, perlu
di contoh, sangat pandai.
5.
Kata bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan "
jumlah". Kata bilangan
dibedakan atas kata bilangan tentu dan tak tentu.
a. Kata bilangan tentu: satu, seribu, setengah,
seperempat
b. Kata
bilangan tak tentu: sedikit, banyak, beberapa
6.
Kata tugas
Kata tugas adalah kata yang tidak dapat dikelompokkan
ke dalam kata benda, kerja, sifat, bilangan, atau keterangan. Kata tudas kata
yang hanya berfungsi, yang pada dasarnya tidak bernosi. Kata tugas dapat
dibedakan atas:
a. Preposisi/kata
depan, yakni kata yang dapat berkonstruksi dengan kata atau frase benda. Termasuk kata depan Preposisi adalah: di,
ke, dari, pada, untuk, oleh, dsb.
b. Konjungsi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan
klausa dalam kalimat yang termasuk konjungsi: karena, ketika, apa bila,
walaupun, dan, tetapi, namun, dsb.
c. Kopula,
yakni kata yang berfungsi menghubungkan subjek dan predikat. Termasuk kopula: adalah, merupakan, menjadi,
yaitu, yakni.
d.
Artikel / kata sandang : sang, si
e.
Partikel, berfungsi menegaskan/mementingkan kata yang
dilekati, misalnya: -lah, -kah, pun.
f.
Kata transisi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan
kalimat satu dengan yang lain. Penulisannya
selalu diikuti tanda koma.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys, 1981. Tata Bahasa
Indonesia. Ende : Nusa Indah
Ladyana, Sonezza
dan Hardiani, Isriani. 2008 Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Surakarta : Widya Duta Grafika
M. Moeliono,
Anton, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia Jakarta: Balai Pustaka
0 Response to "Tugas Morfologi Bahasa Indonesia"