OPINI
PUBLIK
Pengertian
Opini Pblik
Menurut
Cultip dan Center (Sastropetro, 1987:41), opini merupakan suatu ekspresi
tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Sementara
Albig(Sunaryo, 1984:31) memaparkan bahwa opini timbul sebagai suatu jawaban
terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Subjek dari suatu opini biasanya
adalah masalah baru.
Opini
berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu
yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian.
Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya. Irish dan Proto
(dalam Susanto, 1985:91) menyatakan bahwa suatu pendapat harus dinyatakan
terlebih dahulu agar dapat dinilai sebagai pendapat umum atau opini publik.
Hal
ini disebabkan karena sesuatu yang belum dinyatakan belum bisa disebut opini karena
belum mengalami proses komunikasi,melainkan masih merupakan sikap. Suatu
pendapat akan menjadi isu apabila mengandung unsur kemungkinan pro dan kontra
suatu pendapat (tentang suatu kejadian) yang telah dinyatakan dan dengan
demikian ia akan menimbulkan adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak
baginya . Sedangkan Clyde L. King menyatakan bahwa opini publik adalah suatu
penilaian sosial mengenai suatu hal yang penting dan berarti atas dasar
pertukaran fikiran yang dilakukan oleh individu-individu dengan sadar dan
rasional (Sastropoetro, 1987:53).
Jadi
timbulnya opini publik adalah efek komunikasi dalam bentuk pernyataan yang
bersifat kontroversial dari sejumlah orang sebagai pengekspresian sikap.
Menurut Elizabeth Noelle-Neumann dalam bukunya yang berjudul Return to the
Concept of Powerful Mass Media, opini publik adalah sikap atau perilaku yang harus diungkapkan seseorang kepada
publik jika orang tersebut tidak mengasingkan
dirinya sendiri; dalam bidang yang menimbulkan pertentangan atau perubahan,
opini publik adalah sikap-sikap yang diungkapkan seseorang tanpa membahayakan
pengasingan dirinya sendiri.
Dengan
kata lain, opini publik adalah suatu pemahaman pada sebagian orang dalam
komunitas yang terus menerus menaruh perhatian terhadap beberapa pengaruh atau
masalah yang sarat nilai dimana baik individu maupun pemerintah harus
menghargainya paling tidak berkompromi berupa perilaku terbuka berdasarkan
ancaman untuk dikeluarkan atau diasingkan dari masyarakat. Opini publik atau pendapat umum diartikan
sebagai apa yang dipikirkan, sebagai pendangan dan perasaan yang sedang
berkembang di kalangan masyarakat tertentu mengenai setiap isu yang menarik
perhatian rakyat (Eriyanto, 1999 : 3).
Opini publik adalah
kegiatan dari komunikasi politik. Opini adalah ekspresi mengenai sekelompok
orang mengenai suatu isu. Sedangkan, Publik adalah sekelompok orang yang
memiliki kepentingan yang sama dan yang memiliki keterikatan atau terpengaruh
terhadap hal itu.
Opini publik menurut
Bernard Hennesy adalah kompleks preferensi terhadap suatu isu yang berkaitan
dengan umum yang dilakukan oleh sekelompok orang.
Menurut James Bryces
dalam “Modern Democracy” opini public merupakan kumpulan pendapat dari sejumlah
orang tentang masalah-masalah yang dapat mempengaruhi atau menarik minat atau
perhatian masyarakat didalam suatu daerah tertentu.
Opini publik dapat
didefinisikan sebagai koleksi kompleks pendapat orang yang berbeda dan jumlah
semua pandangan mereka. Selain itu, opini public juga merupakan jawaban terbuka
terhadap suatu persoalan atau isu ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan
kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan (Soenarjo,1997, p.85).
Dari situlah publik yang membentuk opini memiliki kepentingan-kepentingan umum
yang mempersatukan anggota-anggotanya, menciptakan suatu kesamaan pandangan dan
mengarah kepada kebulatan pendapat tentang persoalan, sehingga terbentuklah
opini public (Soenarjo,1997).
Menurut Dan nimno
(2006:3), opini publik merupakan proses yang menggabungkan pikiran, perasaan,
dan usul yang diungkapkan oleh warga negara secara pribadi terhadap pilihan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas
dicapainya ketertiban sosial dalam situasi yang mengandung konflik,
perbantahan, dan perselisihan pendapat tentang apa yang akan dilakukan dan
bagaimana melakukannya.
Secara sederhana opini
public merupakan kegiatan untuk mengungkapkan atau menyampaikan apa yang oleh
masyarakat tertentu diyakini, dinilai dan diharapkan oleh seseorang untuk
kepentingan mereka dari situasi tertentu (issue diharapkan dapat menguntungkan
pribadi atau kelompok).
Opini public dilukiskan
sebagai proses yang menggabungkan pikiran, perasaan dan usul yang diungkapkan
oleh warga Negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat pemerintah yang bertanggungjawab atas dicapainya ketertiban social
dalam siutuasi yang mengandung konflik perbantahan dan perselisihan pandapat
tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Opini public akan
memunculkan citra personal seseorang tentang politik melalui suatu interpretasi
yang akan menghasilkan opini pribadi. Setiap opini merefleksikan organisasi
yang komplek yang terdiri atas tiga komponen yaitu kepercayaan, nilai dan
pengharapan.
Ruang
lingkup opini public:
Berdasarkan
distribusinya opini public terbagi menjadi tiga yaitu opini public yang tunggal
(ungkapan rakyat) disebut opini yang banyak, opini public beberapa orang
(ungkapan kelompok) disebut opini yang sedikit dan opini public banyak orang
(ungkapan massa) disebut opini yang satu. Ketiganya merupakan wajah opini
public yaitu opini massa, kelompok dan opini rakyat.
Dengan kata lain, opini
publik dapat menimbulkan kontroversi, antara pemerintah dan masyarakat sendiri.
Namun, tidak jarang juga opini publik justru diarahkan untuk menguatkan
kekuatan para elit politik. Dari hal itulah, opini publik juga tidak sepenuhnya
mencerminkan kehendak rakyat; sesuai dengan hati nurani masing-masing individu.
Arti opini publik yang
pramodern dewasa ini mempunyai arti penting dalam dua hal (Bernad Hennessy,
1990). Pertama, opini publik sebagai tekanan dari teman sejawat tetap merupakan
hambatan bagi keterlibatan warga negara secara penuh. Minimnya sikap toleransi
terhadap pandangan minoritas pun terjadi di banyak negara. Kedua, pemerintah
mempunyai sumber yang luas untuk menciptakan, memperkuat, dan mengarahkan
tekanan untuk menyesuaikan diri.
Oleh karena itu, para
elit politik tidak akan tanggung-tanggung melakukan manipulasi informasi dan
kebohongan yang blak-blakan bila “kepentingan vital” mereka dirasakan terancam.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya segelintir orang saja yang tidak takut
terisolasi jarena mereka mampu mengatakan hal yang bertentangan dengan
kebijakan elit politik dan mampu membongkar kebobrokan sistem yang ada.
Karakteristik
Opini Publik
Karakteristik utama
opini pribadi yaitu opini mempunyai isu [opini adalah tentang sesuatu], arah
[percaya-tidak percaya, mendukung-menentang], dan intensitas [kuat, sedang atau
lemah].
Opini public juga
mempunyai ciri-ciri tertentu. Pertama, terdapat juga isu, arah, dan intensitas
mengenai opini public. Ciri-ciri ini menyangkut opini public tentang tokoh
politik, partai, peristiwa dan segala jenis isu politik. Kedua, kontroversi
menandai opini publik; artinya sesuatu yang tidak disepakati seluruh rakyat.
Ketiga, opini public mempunyai volume berdasarkan kenyataan bahwa kontroversi
itu menyentuh semua orang yang merasakan konsekuensi langsung dan tak langsung
daripadanya meskipun mereka bukan pihak pada pertikaian yang semula. Keempat,
opini public itu relative tetap. Penyebaran mayoritas dan minoritas sering
berubah seperti pandangan individual, tetapi opini public tetap bertahan. Dan
yang kelima, opini public mempunyai tampilan yang pluralitas.
Tiga
wajah opini publik :
·
Wajah Opini Massa
Pengungkapan yang
sebagian besar tidak terorganisasi yang disebut sebagai public, komunitas,
opini latar belakang, consensus, atau suasana public. Opini massa berasal dari
perseorangan yang mencapai pilihan personal dan konsidensi pilihan ini melalui
selektivitas konvergen, suatu alat mencapai ketertiban social yang telah di
kemukakan penting dalam menghasilkan pimpinan simbolik , persuasi massa, dan
komunikasi massa.
·
Wajah Opini Kelompok
Setiap kelompok
merupakan public tersendiri yang dipengaruhi oleh kosekuensi pertikaian
tertentu dengan berbagai cara. Wajah opini public ini muncul baik melalui alat
control social yang terorganisasi (seperti propaganda) maupun melalui member
dan menerima dari kelompok yang melakukan negosiasi dengan satu sama lain.
·
Wajah Opini Rakyat
Yaitu jumlah opini
perseorangan seperti yang diukur oleh polling dan survei politik, kecenderungan
ukuran yang lain , pilihan membeli pada konsumen pemberian suara pada pemilihan
umum, dan sebagainya.
Opini public diturunkan
dari proses control social, konvergensi seleksi diri, dan negosiasi serta
merupakan gabungan dari kesalinglingkupan propaganda, periklanan, dan retorik
media organisasi, massa dan personal.
Dua hal yang menyangkut ciri pluralitas opini
publik :
Pertama, opini public tidak identik dengan yang mana
pun dari ketiga wajah ini; opini public adalah pengungkapan kolektif dari
kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal yang tampil melalui saling
pengaruh dari ketiga manifestasi. Jika kita memperhitungkan opini public sepenuhnya,
kita harus memperhatikan tidak hanya objek, tetapi juga kesalinglingkupan opini
massa, pandanagn berbagai kelompok dan opini rakyat.
Kedua, ketiga wajah opini public itu bisa tidak
konsisten terhadap satu sama lain; atinya, opini massa oleh para pemimpin
dilambangkan sebagai public, posisi kelompok terorganisasi, dan opini rakyat
yang diukur bisa saling berkontradiksi.
Elemen-elemen Opini Publik
·
Lima elemen opini
publik:
·
Isu
·
Masyarakat yang memiliki
keterkaitan dan kepentingan
·
Kompleksitas preferensi
·
Ekspresi
·
Sejumlah orang
membahasnya
·
Dua dimensi untuk
melihat opini publik:
·
Preferensi: mendukung
atau menolak
·
Intensitas: sudah
mengukur seberapa jauh preferensi tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi opini public
·
Sosialisasi politik,
beserta agen-agennya
·
Budaya politik
·
Ideologi negara dan
agama
·
Struktur ekonomi dan
strata social
·
Struktur negara
Kekuatan Opini Publik
Ada tiga bentuk kekuatan opini public yang ada, diantaranya :
·
Kekuatan opini publik
secara sosiologi
Manusia sebagai makhluk sosial sudah tentu akan berhubungan dengan
manusia yang lain, baik sebagai pribadi maupun dalam kelompok bersama dengan
individu atau kelompok-kelompok lainnya. Dalam kehidupannya sebagai makhluk
sosial, manusia akan selalu memelihara, meningkatkan kehidupan yang harmonis di
antara sesamanya. Sebagai anggota masyarakat manusia akan juga meningkatkan
kerja sama dengan manusia lain sebagai anggota kelompok atau organisasi, dalam
mencapai tujuannya meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Tindakan-tindakan
manusia dalam memelihara kehidupan itu akan berpengaruh pada kehidupannya
sebagai anggota masyarakat.
Karena itu dalam berhubungan dengan manusia lain,
tindakan-tindakan manusia itu perlu memperhatikan lingkungan & akan
memperhatikan lingkungan yang berhubungan dengan permasalahan yang timbul. Hal
itu terjadi mengingat tiap manusia mempunyai pandangan yang berbeda dalam
menghadapi suatu persoalan yang muncul. Pengaruh kelompok atau organisasi juga
akan turut mewarnai pandangannya terhadap masalah-masalah yang menimpanya,
apalagi kalau masalah itu mengandung hal yang kontroversial. Persoalan atau
masalah yang dapat menimbulkan bermacam opini itu biasanya yang menyangkut
kepentingan umum, seperti yang terjadi saat sekarang di Indonesia. Krisis tidak
berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan masalah lainnya, karena krisis itu
juga menimbulkan pengaruh pada bidang-bidang lainnya. Sastroputro menyatakan
bahwa perbedaan pandangan manusia itu bila mana orang berbicara tentang:
1. Demokrasi,
2. kehidupan yang layak,
3. keputusan yang adil,
4. kemakmuran yang tinggi,
5. hidup/pesta sederhana,
6. batas kenakalan remaja yang wajar,
7. harga-harga yang murah,
a) & sebagainya (Sastroputro, 1987, 118).
Masalah-masalah tersebut jika muncul atau dibicarakan orang,
hampir semuanya bisa mendatangkan perbedaan-perbedaan opini. Persoalan sembilan
bahan pokok yang akhir-akhir ini mengalami kenaikan yang sampai dua-tiga kali
lipat, kecuali merupakan masalah ekonomi, dampaknya menyangkut berbagai masalah
sosial yang meresahkan rakyat. Kurs Dollar A.S. terhadap Rupiah yang sampai
saat ini tidak menentu menyebabkan nilai Rupiah sangat lemah sehingga harga
barang-barang impor seperti suku cadang kendaraan bermotor, barang-barang
elektronika, bahan baku yang diperlukan industri dasar terutama bahan baku
obat-obatan, plastik, & lain sebagainya naik sangat tajam.
Akibat yang dirasakan dengan kenaikan harga barang-barang itu
berdampak sosial yang sangat dalam. Dengan banyaknya pabrik-pabrik yang tidak
sanggup lagi memproduksi barang-barang karena kesulitan mendatangkan bahan baku
& L/C yang datang dari pengusaha-pengusaha atau bank di Indonesia tidak
diterima atau ditolak, sedangkan untuk membeli secara tunai tidak ada dananya.
Hal ini menyebabkan banyak pabrik mengkhawatirkan produksinya, & dampaknya
adalah PHK pegawai. Pemutusan hubungan kerja ini dampaknya secara sosial sangat
terasa.
Persoalan ini menyebabkan timbulnya opini di kalangan masyarakat,
yang secara sosiologis tidak bisa selesai dalam waktu tiga-empat bulan.
Timbulnya opini dalam mengatasi permasalahan ekonomi, mengundang banyak
opini-opini lain di kalangan para pakar. Opini para pakar itu menyebabkan
pembentukan opini yang lebih besar sehingga melahirkan opini publik yang sesuai
dengan cara pandang & pendekatan masing-masing latar belakang keilmuan para
pakar itu sendiri.
Hal ini dapat dipahami karena tiap individu mempunyai alasan
masing-masing dalam menanggapi masalah yang muncul dalam masyarakat. Jika opini
kelompok tertentu diyakini sebagai opini yang dirasakan benar oleh individu
dalam masyarakat, maka akan menjadi opini publik yang kuat & akhirnya dapat
diterima berbagai pihak atau kelompok lainnya.
Opini publik yang didukung oleh kelompok-kelompok lain di luar
kelompoknya sendiri, ini akan memberikan kekuatan terhadap individu atau
kelompok dalam meresponsi permasalahan yang ada. Sementara persoalan itu
sendiri sampai saat ini belum terpecahkan, imbasnya di bidang sosial makin
terasa, & ini menyebabkan timbul kembali permasalahan-permasalahan sosial
& budaya yang lain. Karena itu opini publik secara sosiologis mempunyai
kekuatan yang kuat di masyarakat karena tiap individu atau kelompok
masing-masing akan berhubungan & saling berinteraksi satu sama lain.
·
Kekuatan opini publik
secara psikologis
Opini publik menurut Dubb merupakan sikap orang-orang mengenai
suatu soal. Sikapnya itu adalah sikap manusia selaku pribadi maupun kelompok
(S. Soenarjo, 1997, 28). Dari pendapat Dubb tersebut jelas bahwa dalam sikap
seseorang itu pasti akan turut berpengaruh keseluruhan latar belakang orang
tersebut.
Dengan demikian itu berarti jika seseorang akan melahirkan opini
terhadap suatu permasalahan, maka sikap orang tersebut adalah hasil dari
rangsangan dari dalam manusia itu sendiri, sehingga apapun dari orang itu,
misalnya pendidikan, pengalaman, perasaan, & pengetahuannya akan turut
memberi warna terhadap opininya. & opini yang dihasilkan dari sekumpulan
orang itu akan menjadi opini publik orang-orang itu.
Astrid Soesanto (1975) menyatakan bahwa manusia pada umumnya
mempunyai keinginan untuk mendasarkan tindakannya sebanyak mungkin atas
pendapat umum (opini publik). Selanjutnya Soesanto menyatakan bahwa antara
opini publik & sikap-sikap pribadi mempunyai hubungan yang erat.
Pengalaman pribadinya menentukan sikap & sikapnya itu
bergantung juga pada pengalaman masyarakatnya sendiri, yaitu lingkungan yang
memberi pada individu norma-norma tentang segala sesuatu yang benar &
salah. Jadi secara psikologis sikap seseorang itu akan mempengaruhi segala
opini yang dihasilkannya.
Opini publik baru muncul jika ada permasalahan atau persoalan yang
menyangkut kepentingan orang banyak/kelompok tertentu. Masalahnya itu sendiri
yang menghendaki pemecahan yang segera, karena jika masalah yang timbul itu
tidak diselesaikan akan menyebabkan masalah-masalah lain yang lebih rumit &
menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks. Permasalahan yang menyebabkan
adanya individu-individu yang merasa kurang puas atau tidak senang terhadap
masalah yang muncul itu mengakibatkan timbulnya opini yang juga bermacam-macam.
Opini yang timbul bergantung pada luas tidaknya masalah,
menyangkut kepentingan orang banyak atau individu tertentu dalam hubungannya
selaku makhluk sosial yang bermasyarakat. Opini yang timbul dari individu
mengenai suatu kejadian atau masalah-masalah lain, biasanya akan dipengaruhi
oleh berbagai faktor internal yang ada pada diri komunikator seperti;
pendidikan, pengalaman, status diri, penghasilan. asal dirinya, dst. Sehubungan
dengan itu secara psikologis opini seseorang itu kekuatannya bergantung kepada
orang lain yang diajak berdiskusi atau dikemukakan pada kelompok yang lebih
besar. Seandainya kelompok yang lebih besar itu mau menerima atau meyakini
opini itu benar, sebagai suatu pikiran yang telah diterima sebagai pikiran
umum, maka opini itu akan menjadi opini publik.
Opini publik yang terbentuk itu akan mempunyai kekuatan yang
besar, apa lagi orang yang mempunyai opini itu dari lapisan tertentu misalnya
pemuka pendapat atau orang-orang yang dianggap mempunyai kredibilitas tertentu
dalam masyarakat.
Sebaliknya jika seseorang mempunyai pengetahuan mengenai suatu
masalah & dapat mempertanggungjawabkan buah pikiran mengenai sesuatu
masalah tersebut & ia tak ada kesempatan untuk mengemukakan kepada orang
lain, maka ia akan menyimpan suatu perasaan tidak enak atau tidak terpuaskan
hatinya. Memang seharusnya suatu opini yang hendak dikemukakan sebelum
diutarakan perlu mempertimbangkan juga opini atau pendapat orang lain. Opini
yang akan dikemukakan sudah sepatutnya perlu dipikirkan terlebih dahulu,
sehingga jika bertentangan dengan yang berlaku umum dapat dihindari. Sebaliknya
juga jika sesuai dengan kaidah-kaidah umum, sehingga apa yang dikemukakan itu
mendapat tanggapan yang positif itu memperlihatkan bahwa opininya bermutu.
Dengan mempelajari opini publik seseorang dapat menentukan atau
memperkirakan tindakan apa yang perlu dilakukan, sehingga kehati-hatian perlu
dipertimbangkan.
Dengan demikian secara psikologis opini publik itu sebenarnya
sangat dipengaruhi oleh pribadi-pribadi yang mempunyai kedudukan atau tempat
dalam organisasi profesi atau lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sikap &
perilaku dari seseorang yang mempunyai kedudukan yang baik dalam organisasi
profesi jika bisa memanfaatkan situasi & berlaku jujur dalam profesinya
akan sangat dihargai & dihormati oleh segenap anggota masyarakat. Karena itu
apapun tugas pekerjaan yang diemban seseorang jika dilakukan dengan berpijak
pada kepentingan umum, apapun opini yang dikeluarkannya akan dianggap mewakili
profesi di belakangnya. Ini berarti bahwa opini publik yang dihasilkannya akan
sangat mempunyai kekuatan yang penting.
·
Kekuatan opini publik
secara politis
Opini publik dalam lingkup kegiatan politik dapat dibentuk oleh
perilaku tokoh-tokoh politik. Kemampuan berkomunikasi para tokoh politik
merupakan kunci pokok keberhasilan membentuk opini publik di berbagai lapisan
masyarakat. Pihak pemerintah tentu selalu menginginkan adanya opini publik yang
mendukung segala kebijakan pemerintah karena dengan segala usaha akan selalu
menciptakan suasana seperti yang diharapkannya.
Hal itu dilakukan pemerintah agar masyarakat pada umumnya tetap
mendukung & melaksanakan semua program yang telah disiapkan &
ditetapkan melalui undang-undang. Pemerintah mengharapkan agar publik yang
mempunyai kekuatan dalam opininya tetap berpihak & mau menjalankan segala
sesuatu yang berhubungan dengan segala usaha pembangunan.
Opini dari publik-publik yang dominan dalam masyarakat yang
kemudian menjadi opini publik khusus atau tertentu itu perlu dipelihara,
dibina, & dipupuk agar tetap dapat mendukung pemerintah. Publik yang
dimaksud dalam kegiatan politik misalnya: kaum cendekiawan yang kebanyakan
berasal dari kampus, kaum profesional sesuai dengan bidangnya, pemuka-pemuka
agama dengan organisasi keagamaanya, & kaum wanita dengan organisasinya
yang cukup banyak. Saat sekarang ini adalah para mahasiswa dari berbagai kampus
baik negeri maupun swasta dengan organisasi kemahasiswaannya, & banyak lagi
yang lain yang bisa melahirkan opini sesuai dengan publiknya.
Opini dari publik-publik khusus tersebut tidak bisa diabaikan oleh
pemerintah yang sedang membangun seperti Indonesia, apa lagi dalam keadaan
krisis seperti saat sekarang. Menyepelekan opini dari mereka bisa mengakibatkan
kurangnya dukungan dari publik-publik tersebut. Opini publik dari
kelompok-kelompok khusus itu muncul begitu saja, karena itu pemerintah
sebenarnya perlu bersyukur, dengan tidak mengeluarkan biaya, mendapatkan
masukan-masukan dari masyarakat melalui kelompok-kelompok khusus tersebut.
Pemerintah dengan aparat terkait tinggal meneliti &
mempelajari opini-opini itu, kemudian menyusun program perbaikan atau cara-cara
penanggulangan dengan segera. Respons yang positif dari pemerintah secara
terbuka diperlukan agar publik yang memberikan opininya merasa diperhatikan.
Memang ada opini publik dari kelompok-kelompok khusus itu tidak selamanya
didukung oleh fakta yang benar, itu tidak menjadi persoalan karena opini itu
bukan suatu fakta, maka kebenarannya perlu diteliti. Adanya masukan itulah yang
perlu diperhatikan pemerintah, karena untuk opini yang faktual dan tepat, harus
diciptakan dan pasti mengeluarkan biaya.
Sebenarnya di Indonesia badan yang memberi masukan bagi pemerintah
sudah ada misalnya DPA, juga DPR jika berfungsi dengan baik dapat memperhatikan
opini publik dari kelompok-kelompok khusus itu, hingga dalam membuat undang-undang
yang menjadi pekerjaannya juga memperhatikan aspirasi rakyat yang disalurkan
melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memberi masukkan.
Opini publik secara politis walaupun tidak selalu berdasarkan
fakta dan tidak berdasarkan diskusi di antara publik-publik yang ada dalam
masyarakat, apa lagi diskusi sosial di antara publik-publik tertentu misalnya
para mahasiswa terhadap keadaan ekonomi negara, tetap secara moral memiliki
kekuatan yang diyakini oleh segenap lapisan masyarakat.
Secara kualitas opini publik dari kampus ini memang mungkin kurang
berdasarkan pemikiran yang matang, karena memang opininya berasal dari tindakan
atau pemikiran yang spontan. Pemikiran spontan itu tidak berarti kurang
mutunya, karena para mahasiswa mengeluarkan opininya berdasarkan “waktu” yang
cukup lama merenungi masalah yang muncul dalam masyarakat.
Karena itu sewajarnya pemikiran yang berbentuk opini publik kampus
itu mendapat tempat bagi pengambil keputusan dalam membuat kebijakan atau
keputusan dalam menanggapi situasi yang melanda negara, lebih-lebih situasi
yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia yang mengalami krisis. Sudah barang
tentu walaupun opini publik kampus itu terjadi dengan spontan, tetapi jika itu
berlangsung hampir di kota-kota besar yang memiliki perguruan tinggi,
selayaknya diyakini sebagai usaha para mahasiswa yang ingin melihat negaranya
maju & terbebas dari krisis.
Opini publik kampus tidak & bukan satu-satunya yang perlu
mendapat perhatian dari pemerintah. Sebab ternyata yang memiliki perhatian
terhadap negara dalam krisis seperti di Indonesia ini juga dari publik-publik
lain, misalnya dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti dari Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Lembaga ini terus memperjuangkan nasib para
konsumen di Indonesia. Djoenaesih Sunarjo (1987, 81) mengemukakan secara
politis mengapa opini publik dipelajari, karena bagi politisi akan mengetahui
apa yang diinginkan oleh lawan politiknya didukung atau tidak oleh pengikutnya
& bahkan politiknya dapat digunakan untuk menekan lawan. Sebaliknya dengan
adanya opini publik akan diketahui pikiran atau siasat dari lawan atau saingan.
Mempelajari kekuatan opini publik seperti yang telah diutarakan,
baik secara sosiologis, psikologis, maupun politis mempunyai banyak keuntungan
dari pada kerugian, sekalipun yang namanya opini publik menurut Adinegoro
(dalam Sunarjo, 1987, 27) tidak berdasarkan pemikiran yang masak atau kurang
berpikir jauh ke depan, tidak ada organisasinya, tidak ada pimpinannya &
tidak bergerak cepat, tetapi jika dilihat dari kefaktualannya artinya sudah
terjadi kejadiannya, maka opini publik memberikan manfaat-manfaat yang cukup
banyak.
Sastroputro (1987, 119-123), memperinci kekuatan opini publik,
sbb.:
1.
Opini publik dapat
menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena
hukuman tsb.
2.
Opini publik sebagai
pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun & susila, baik
antara yang muda dengan yang lebih tua maupun antara yang lebih muda dengan
sesamanya.
3.
Opini publik dapat
mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau bahkan bisa juga menghancurkan
suatu lembaga.
4.
Opini publik dapat
mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan.
5.
Opini publik dapat pula
melestarikan norma sosial.
Tahap-tahap pembentukan opini public
Suatu isu dapat berkembang menjadi isu umum dan
tidak tetap sebagai masalah pribadi jika konfliknya menyebabkan isu itu
menjangkau keluar dari pihak-pihak yang langsungberurusan.Tahap pertama
pempublikasian konflik pribadi ialah munculnya pertikaian yang memiliki potensi
menjadi isu; yang kedua ialah munculnya kepemimpinan untuk melakukan publikasi.
Kepemimpinan seperti itu dapat dilaksanakan oleh suatu pihak dari pertikaian
yang semula, seseorang yang bekomunikasi melampaui orang-orang yang dikenalnya
secara pribadi.
Dalam peran kepemimpinan, komunikator politik mengungkap sikap
pertikaian dan isu dengan kata-kata yang jelas, menyederhanakan kerumitannya
dengan menggodokkannya menjadi penarikan perhatian, lambang yang bergema dan
menggeneralisasikannya bagi khalayak yang banyak. Melalui segala cara
pembicaraan dan persuasi pengaruh, pemimpin politik merumuskan isu itu gar
dapat dipahami, menarik, dan mencapai kehidupan sebanyak-banyaknya rakyat.
Jika kepemimpinan telah merangsang komunikasi tentang suatu isu
melalui saluran massa, interpersonal, dan organisasi, maka terbukalah jalan
bagi fase ketiga dari pembentukan opini, yaitu munculnya interpretasi personal.
Melalui “sampling personal” orang menjadi tahu tentang opini orang lain yang
berada diluar lingkungan kenalan langsung mereka. Sampling personal tidak hanya
menyajikan gambaran tentang apa yang akan dilakukan oleh orang lain, juga
meminta perhatian orang lain kepada serangkaian pilihan yang terbuka bagi orang
itu.
Ringkasnya, interpretasi personal memberikan gambaran tentang
opini yang ada, apa yang mungkin dilakukan oleh orang lain dan apa yang dapat
diterima oleh individu. Ini menuju tahap akhir pembentukan opini, tahap yang
menyesuaikan opini pribadi setiap orang kepada persepsinya tentang opini yang lebih
luas , yakni opini publik. Pada tahap ini terdiri atas pilihan individu untuk
menyingkapkan atau tidak menyingkapkan opini pribadi. Melalui sampling
personal, orang sampai kepada pandangan mengenai apakah setiap opini yang dapat
diterima secara pribadi juga dapat diterima oleh mayoritas oleh dari sesuatu
yang dipersepsi sebagai publik.
Jika seseorang mempersepsikan bahwa pandangannya sejalan dengan
iklim dan atau kecendrungan opini, orang itu cendrung bertindak dengan suatu
cara di depan umum untuk mengungkapkan opini pribainya. Ini membantu penyusunan
opini publik secara kolektif. Singkatnya, orang mengikuti arus opini yang
dipersepsi dapat mengungkapkan pandanganya dengan raa aman bahwa ia tidak
memulai perjalanan yang membangkitkan kecemasan bahwa akan datang badai celaan
dari orang lain. Sebaliknya, memulai pengungkapan opini itu ia akan menurunkan
jenis jaminan, presisi yang menurunkan teori Sullivan adalah kebutuhan esesial
manusia.
Bila seseorang mempersepsi bahwa iklim dan atau kecenderungan opini
itu menentang pandangan pribainya, bahwa opini mayoritas tidak sesuai dengan
dirinya. Dalam hal ini Neole-Neumann, orang merasa khawatir terhadap pengucilan
dri sendiri, baik dalam arti mendapat celaan masyarakat maupun karena ia mulai
meragukan kemampuannya sendiri dalam mengadakaan pertimbangan: “Di titik
inilah individu dalam kaadaan rawan; di sinilah kelompok sosial dapat
menghukumnya karena ia tidak dapat mengikuti aturan. Konsep tenang opini,
sanksi, dan hukuman publik sangat erat pertaliannya satu sama lain”. Karena
kawatir akan terisolasi, maka orang cenderung untuk sama sekali tidak
mengungkapan opininya. Warga negara tetap diam. Jika tanggapkan seperti itu
tersebar luas, akibatnya ialah apa yang oleh Neolle-Neumann disebut “spiral
kebungkaman”, gejala bertambahnya jumlah orang yang ragu-ragu menyuarakan
pandangannya karena khawatir karena termasuk ke dalam minoritas.
Jadi, pembentukan opini
adalah proses empat tahap yang melibatkan kesalinglingkupan aspek personal,
social dan politik melalui munculnya :
(1) Pertikaian yang
mempunyai potensi menjadi isu,
(2) Kepemimpinan
politik,
(3) Interpretasi
personal dan pertimbangan social,
(4) Kesediaan mengungkap
opini pribadi didepan umum.
Pandangan itu mengandung beberapa implikasi. Namun sebelum itu ada
dua hal yang perlu dibicarakan. Pertama, dalam memberikan peran utama kepada
intepretasi personal yang aktif dalam membentuk opini, kita tidak mengulang
esensi contoh manusia rasional dari perilaku manusia. Sebagian besar
interpretasi terjadi sehari-hari, secara rutin, dianggap wajar tanpa
benar-benar mencurahkan banyak pikiran terhadap samplingpersonal, pertimbangan
social, atau perkiraan apa yang dipikirkan, dirasakan atau dipikirkan oleh
orang lain. Kedua, yang perlu dibicarakan mengenai pembentukan opini sebelum
kita meninjau implikasi pandangan kita, ialah mengenal karakteristik
opini dan opini public. Contoh pembentukan opini publik yang terjadi saat ini
ialah masalah pembayaran pajak. maraknya pemberitaan mengenai markus
Tahap-tahapan besar
dalam pembentukan opini , yaitu:
·
Awareness yaitu tahap
pertama yang memfokuskan pada pemberian informasi yang ingin disampaikan kepada
public.
·
attention atau perhatian
terhadap sebuah pesan meliputi media apa yang menyampaikan atau yang memuat
pesan tersebut dan siapa penerima pesan atau audience.
·
comprehension, pada
tahapan ini si penerima mengerti atas isi pesan yang diterimanya berdasarkan
dua hal yaitu repetition atau pengulangan akan pesan tersebut dan crediblity
atau kredibilitas dari komunikator.
·
retention yaitu
kemampuan untuk mengingat kembali sebuah pesan yang diterimanya.
- Acceptance, yaitu tahap dimana
si penerima pesan dapat menerima pesan yang telah disampaikan oleh
komunikator. Untuk ke tahap action , maka harus melalui dua variabel
acceptance atau dua tahapan yaitu :
·
interest yaitu
ketertarikan komunikan terhadap pesan dibagi menjadi dua yaitu secara logic
atau nalar dan yang kedua adalah secara emotion.
·
attitude atau sikap si
penerima terhadap pesan tersebut, sikap memiliki tiga variabel yaitu: Compliance,
identification & internalization.
·
Action (Opini)
Proses pembentukan opini public melalui konstruksi
Opini adalah tindakan
mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai dan diharapkan seseorang dari objek
dan situasi tertentu.
Opini memiliki beberapa proses yang dikenal dengan konstruksi,
yaitu :
1. Konstruksi personal. Opini berupa pengamatan dan
interpretasi atas sesuatu secara sendiri-sendiri dan subjektif.
2. Konstruksi sosial. Konstruksi ini terdiri dari
a)
Opini kelompok. Opini
pribadi di atas kemudian diangkat dalam kelompok tertentu. Maka jadilah opini
kelompok.
b)
Opini rakyat Opini yang
tersistematiskan melalui jalur yang bebas seperti pemilihan umum atau hasil
polling.
c)
Opini massa yaitu opini
yang berserakan, ini bisa berbentuk budaya atau konsensus. Inilah yang oleh
para politikus disebut sebagai opini publik.
d)
Konstruksi politik.
Ketiga opini hasil konstruksi sosial diatas dihubungkan dengan kegiatan pejabat
publik yang mengurus masalah kebijakan umum. Inilah opini publik yang dikaji
dalam komunikasi politik.
Dampak opini publik
Opini
Publik terjadi akibat persepsi-persepsi yang timbul dan kemudian berkembang.
Karena opini publik bukan organisasi dan tidak ada pemimpinnya maka opini
publik tidak bisa dikendalikan, pasti selalu ada pro dan kontra. Perbedaan-perbedaan
tersebutlah yang kemudian menjadi dampak di masyarakat.
Dampak
opini publik bisa positif bisa negatif bagi masyarakat. Dampak negatifnya
adalah menyebarluasnya desas-desus akan sesuatu hal tanpa bukti akibat opini
publik. Contohnya, supersemar yang sampai sekarang masih tidak jelas apakah
benar-benar ada atau hanya rekayasa politik saja. Dampak positifnya seperti
misalnya menyebarluasnya berita baik seeseorang akibat opini publik yang dapat
meningkatkan prestise orang yang diberitakan.
Sebagian
dari dampak opini publik yang banyak adalah terbentuknya mitos, ideologi dan
utopia. Opini masyarakat kebanyakan yang lama-lama seakan telah menempel pada
kehidupan masyarakat dan bertahan lama hingga sekarang. Mitos di Indonesia
banyak yang menyuguhkan bukti yang dikait-kaitkan pada cerita. Misalnya, Gunung
Tangkuban Perahu yang dianggap menjadi bukti dari cerita Sangkuriang. Ideologi
di Indonesia adalah pancasila yang dihasilkan dari pemikiran panjang setelah
melihat dan mengenali keadaan bangsa. Utopia adalah harapan-harapan yang
indah-indah yang dianggap seperti surga bagi manusia. Diperkirakan opini dan
istilah ini muncul dari harapan-harapan masyarakat akan kedamaian di dunia yang
hingga kini belum tercapai di dunia.
Prinsip-prinsip opini publik
Pendekatan
prinsip terhadap kajian opini publik dapat dibagi menjadi empat kategori:
·
Pengukuran kuantitatif
terhadap distribusi opini
·
Penelitian terhadap
hubungan internal antara opini individu yang membentuk opini publik pada suatu
permasalahan
·
Deskripsi
tentang atau analisis terhadap peran publik dari opini publik
·
Kajian baik
terhadap media komunikasi yang memunculkan gagasan yang menjadi
dasar opini maupun terhadap penggunaan media oleh pelaku propaganda dan
manipulasi.
Syarat-syarat opini publik
Tumbuhnya
opini publik yang baik, sehat dan tepat memerlukan beberapa syarat berikut ini:
·
Harus ada
kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat/perasaan serta kebebasan pers
·
Minat rakyat
terhadap soal-soal pemerintahan cukup besar
·
Pendidikan
politik yang cukup tinggi sudah dimiliki rakyat
·
Kesediaan
masyarakat mengutamakan kehendah atau kepentingan bersama
Alat-alat
yang biasa digunakan untukmembentuk opini publik adalah pers, organisasi
politik, dan organisasi non-politik.
Cara-cara untuk mengukur opini
publik dapat dilakukan
dengan:
·
Polling; pengumpulan
suara/pendapat masyarakat secara lisan atau tertulis
·
Attitude
scales; dilakukan dengan maksud menetapkan bebera banyak orang yang setuju
atau tidak setuju mengenai suatu masalah
·
Interview; yang
bersifat umum atau terbuka
·
Tulisan-tulisan
dalam surat kabar yang mengemukakan pendapatnya dengan maksud memancing
timbulnya reaksi yang berwujud tulisan balasan dari pihak lain. Dari tulisan
balasan tersebut diambil kecenderungan opini publik.
Disini kita akan membahas pengaruh
polling terhadap Opini Publik.
POLLING
Pengertian polling
Polling
adalah suatu kerja pengumpulan pendapat umum dengan menggunakan teknik dan
prosedur ilmiah (Eriyanto,1999:75). Hal ini untuk membedakan dengan kerja
pengumpulan pendapat unum lain yang tidak menggunakan penelitian ilmiah,
seperti diskusi, demonstrasi, atau pengukuaran ekspresi pendapat umum lainnya.
Metode
yang digunakan dalam mengenali pendapat umum dalam polling adalah metode
survei, yakni suatu metode dimana objek adalah orang atau individu dan
menggunakan kuisioner sebagai alat untuk mendapatkan data atau informasi. Ada beberapa defenisi kunci yang dapat
menggambarkan polling secara keseluruhan. Polling adalah metode yang memakai
sampel untuk menggambarkan sikap atau pendapat populasi. Meskipun memakai
sampel, hasilnya dimaksudkan untuk dapat digenaralisasikan pada populasi yang
luas. Karena itu dalam penerapan sampel, sangat disarankan untuk memakai
prinsip probabilitas sehingga hasil sampel adalah representasi dari populasi
sesungguhnya.
Polling
hanya bisa digunakan untuk menggambarkan sikap atau perilaku
(Eriyanto,1999:75). Ia adalah metode yang tepat untuk mengetahui apa yang
publik pikirkan, apa yang publik rasakan terhadap suatu isu atau masalah. Ia dapat
mengukur pendapat orang lain mengenai suatu permasalahan yang kontradikasi
dalam masyarakat. Polling menggambarkan preferensi, atau intensitas terhadap
pilihan pendapat, tapi hanya berhenti sampai di sana. Ia tidak dapat
menjelaskan kenapa seseorang melakukan pilihan tersebut.
Polling
digunakan untuk menggambarkan secara sistematis fakta atau karakteristik secara
akurat. Akumulasi data yang diperoleh semata-mata untuk deskripsi, ia tidak
berusaha untuk mengkaji hipotesis atau menguji konsep tertentu. Polling
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang suatu fenomena dalam hal ini yang
ingin didapat dari polling adalah sikap, pandangan, keyakinan masyarakat
terhadap isu-isu yang berkembang.
Karena
itu dapat juga dikatakan bahwa polling adalah penerapan praktis dari metode
survei, pemakaian metode survei untuk mengukur pendapat pulik terhadap isu-isu
politik. Pengertian ini untuk membandingkan dengan penerapan praktis dari
metode survei untuk keperluan lain. Dalam
pelaksanaannya polling lebih sederhana dari survei akademik. Sifat
kesederhanaan itu karena polling menuntut hasil yang cepat, agar
hasilnyasecepatnya dapat dipublikasikan. Pertanyaan yang ditanyakan kepada
publik juga tidak banyak, biasanya tidak lebih dari 20 pertanyaan. Seperti yang
dikatakan oleh Cellinda C. Lake (dalam Eriyanto, 1999:77) berikut ini:
“Polling
adalah cara sistematis, ilmiah dan terpercaya, mengumpulkan informasi dari
sampel orang yang digunakan untuk mengenaralisasikan pada kelompok atau
populasi yang lebih luas darimana sampel itu diambil. Polling tidak didesain
untuk menyelidiki atau mengidentifikasi individu untuk keperluan ini, lebih
murah dan efisien dengan cara lain seperti penyelidikan telefon. Kesalahan
menentukan tujuan polling ini dapat mengakibatkan bias informasi yang didapat.
Polling
juga tidak dimaksudkan untuk menggambarkan banyak individu secara mendalam.
Untuk keperluan ini, studi kasus adalah cara yang lebih efisien. Polling adalah
suatupengukuran pada satu waktu untuk mengetahui sikap, perilaku, kepercayaan
dan hubungan antara semua paraameter. Lewat generalisasi, hasilnya kemudian
dapat diterapkan untuk masyarakat yang lebih luas. “
Peran polling
sebagai salah satu metode pengekspresian pendapat umum adalah:
1.
Pembentukan Kepercayaan
Angka-angka
statistik yang dihasilkan polling juga akan berperan dalam mempengaruhi
kepercayaan khalayak terhadapa isu yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya
dari hasil polling menyatakan bahwa 80% dari sampel setuju atas kenaikan BBM
dan merupakan solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan sat ini. Jika
hasil tersebut dimuat di seluruh media massa, maka akan mempengaruhi
kepercayaan publik dalam memandang isu BBM.
Kepercayaan
sering dipakai untuk pernyataan yang mempunyai komponen normatif., khususnya
yang berhubungan dengan agama, perilaku moral, norma sosial, dan sebagainya.
Dengan kepercayaan, seseorang dibantu untuk melihat realitas dunia, berada
diantara benar dan salah. Kepercayaan sering dihubungkan dengan dunia nyata dan
menyediakan pengertian tentang bagaimana nilai dipakai dalam situasi yang
berbeda.
Sebagai contoh,
seseorang
yang mempunyai sikap nilai berdiri diatas kaki sendiri akan percaya bahwa
kemakmuran hanya bisa dicapai lewat kerja keras.
2.
Pembentukan Sikap
Sikap
masyarakat dalam merespon suatu isu, merupakan tindakan kongkrit. Sikap pada
khlayak tidak muncul secara spontan. Sikap pada khlayak akan timbul dari apa
yang dipersepsikan dan apa yang dipercayai khalayak. Sikap lebih mengarah
kepada orientasi umum pandangan dari suatu pemikiran, seperti konservatif,
liberal, atau tradisional. Sikap seseorang dipengaruhi oleh nilai-nilai dasar
yang dimiliki seseorang. Nilai-nilai dasar itu seperti kesamaan hukum, hak
asasi, demokrasi, keadilan, dan sebagainya.
3.
Pembentukan Pendapat
Polling mengukur apa yang difikirkan oleh
masyarakat mengenai suatu isu atau masalah. Setelah data atau fakta tersebut
sudah diketahui maka hasil polling tersebut akan mempengaruhi pendapat khalayak
dalam memandang isu tersebut. Suatu pendapat akan menjadi isu apabila ia
mengandung unsur memungkinkan pro dan kontra suatu pendapat. Disini mengacu
kepada totalitas pendapat para anggota masyarakat tentang suatu isu. Hal ini
berarti berbagai pendapat individu yang dibayangkan dan diukur serta dimiliki
oleh masyarakat bersangkutan tentang suatu isu. Pendapat menghubungkan antara
nilai yang diyakini atau kepercayaan yang dipercaya ketika menilai isu atau
kejadian setiap hari.
(Eriyanto, 1999 : 214-215).
Polling merupakan pengumpulan suara /
pendapat masyarakat secara lisan ataupun tertulis polling opinion adalah aktivitas untuk
mengetahui pendapat publik tentang sebuah isu tertentu. Bisa isu lama, isu baru
yang sedang hangat/aktual, atau isu lama yang kembali menghangat. Isu
yang diangkat biasanya berkaitan dengan aspek sosial kemasyarakatan yang
menjadi perhatian publik. Dengan metode ilmiah, khususnya teknik sampling untuk
memperoleh reponden dan statistik, hasil polling dapat dipertanggungjawabkan.
Contoh
Kasus
Kasus Polling Media Online: 97%
Publik Kecewa Kinerja KPK pada Kasus Century
Sabtu, 15 Juni 2013
Polling
pekanan periode 6-14 Juni 2013 yang dilakukan media online pkspiyungan.org dengan topik Penanganan Kasus Century oleh KPK
menggambarkan mayoritas publik sangat kecewa dengan kinerja KPK.
Sebanyak total 97.2 % publik kecewa atas Penanganan Century oleh KPK.
Hasil Poling selengkapnya:
- 90,7 % (8640 Vote) SANGAT KECEWA
- 6,5 % (617 Vote) KECEWA
- 2,8 % (270 Vote) TIDAK
Total Vote = 9527
Analisis
Dalam
kasus ini kami menarik suatu teori yang di terapkan dalam keterkakaitan polling
terhadap pembentukan opini public. Teori yang di gunakan adalah teori spiral
kebisuan yang dimana teori ini merupakan gejala atau fenomena yang melibatan
saluran komunikasi personal dan komunikasi melalui media. Media berfungsi
menyebarluaskan opini public yang menghasilkan pendapat atau pandangan yang
dominan. Dengan kata lain , orang tidak akan memiliki opini bersifat permanen
atau statis. Pengaruh media terhadap polling dapat menimbulkan opini public
kepada diri individu yang sering kali sangat halus sehingga tidak terasa, namun
terkadang sangat kuat dan langsung.
Masalah
korupsi menjadi bahan pembicaraan yang hangat dibicarakan public akhir-akhir
ini terutama yang disajikan dalam media massa baik lokal maupun nasional.
Ada yang pro dan ada pula yang kontra terhadap masalah tersebut. Karena korupsi
semakin merajalela setiap tahunnya ada saja kasus yang terungkap dan menjadi
sorotan public.
Keterkaitan
Polling dengan Opini Publik adalah dengan adanya polling ini banyak masyarakat
yang menganggap bahwa kinerja kerja KPK dalam mengatasi kasus menurun atau
kurang tegas, sehingga masyarakat menjadi ragu akan kinerja dan kemampuan KPK
dalam mengatasi masalah kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Dalam masalah
kasus Bank Century ini saja KPK tidak mampu mengusut tuntas.
Apalagi
sekarang makin banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh para politisi di
Indonesia. Sehingga membuat masyarakat semakin tidak percaya akan kinerja KPK
di Indonesia ini. Bagaimana Indonesia bias menjadi Negara maju apabila para
pemegang kekuasaan di Indonesia hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa
melihat masyarakat yang tidak semua bias hidup dengan layak.
Dan
dalam hasil polling dalam kasus di atas ini menujukkan bahwa banyak masyarakat
atau public yang sangat kecewa atas hasil kinerja KPK terhadap kasus Bank
Century, dan anggapan masyarakat lainpun akan menilai bahwa KPK tidak bekerja
dengan baik secara maksimal.
Polling
ini juga dapat menurunkan citra dari KPK di mata public karena mereka sebagai
komisi pemberantasan korupsi di Indonesia tidak dapat menangani kasus koropsi.
Kinerja merka akan di anggap buruk dalam menangani kasus. Jadi apa tugas mereka
apabila tidak bias menangani kasus secara baik untuk kedepannya. Mungkin akan
banyak lagi kasus korupsi yang lebih merugikan masyarakat di Indonesia.
Maka
dari itu perlunya perbaikan keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk
dievaluasi. Karena sudah waktunya kita melakukan evaluasi terhadap KPK. Bukan
lembaganya yang kita hilangkan, tetapi dengan cara mereka (para pimpinan
KPK) dalam menjalankan penanganan koropsi di Indonesia. Agar para koruptor
tidak melakukan lagi korupsi dan tidak aka nada lagi koruptor lainnya.
Melihat
sekarang tingkat kepercayaan KPK oleh publik makin menurun. KPK seharusnya
untuk tidak sensitif bila mendapatkan kritik dan saran dari masyarakat. Karena
kritik adalah hal wajar, untuk meningkatkan kinerja KPKagar menjadi lebih baik lagi.
Jadi,
bisa disimpulkan bahwa polling melalui media online ini
sangat berpengaruh terhadap opini
public masyarakat yang dimana teori spiral kebisuan dominan membuat
asumsi dasar dan pandangan masyarakat terhadap KPK dan nama baik (citra) KPK
akan menurun di mata public karena hasil
dari polling masyarakat sangat kecewa akan kinerja KPK yang tidak bisa secara
maksimal menangani kasus korupsi Bank Century.
Sumber
:
Solihin,Olih.2014 :
Opini public, Bandung, hlm 54-55
http://www.pkspiyungan.org/2013/06/polling-media-online-97-publik-kecewa.html
https://qoechil.wordpress.com/2012/05/06/defenisi-dan-ruang-laingkup-opini-publik/
http://zizer.wordpress.com/2009/12/08/public-opinion-opini-publik/
0 Response to "Makalah Pengaruh Polling Terhadap Opini Publik"