Makalah Kerentanan Krisis Ekonomi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah
Berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakat, negara-negara di dunia sekarang  biasanya dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu negara-negara maju (developed countries) dan negara-negara yang sedang berkembang (developing countries). Taraf pembangunan penduduk relatif masih rendah dan banyak diantara yang mempunyai pendapatan per kapita sangat rendah. Indonesia termasuk kedalam kelompok negara berkembang.
Perekonomian di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa saat ini sedang bergejolak, sehingga menyebabkan perekonomian dunia saat ini menjadi tidak stabil. Kondisi tersebut menyebabkan krisis ekonomi yang berdampak terhadap perekonomian negara berkembang. Dampak krisis ekonomi yang sangat besar bagi negara-negara yang perekonomiannya bergantung pada negara-negara maju yang mengalami krisis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ketergantungan pereknomian suatu negara rentan mengalami krisis ekonomi. Karena ketika bergantung terhadap negara yang sedang mengalami krisis ekonomi maka akan berdampak juga kepada negara tersebut.
Produk-produk yang dihasilkan oleh negara berkembang menjadi komoditi perdagangan bagi negara maju, terutama komoditi yang merupakan sumber alam untuk pengolahan industri di negara maju. Selain itu, neraca pembayaran menggunakan alat pembayaran berupa mata uang negara maju diantaranya dolar. Manakala terjadi guncangan krisis ekonomi di negara maju yang berpengaruh terhadap negara berkembang, misalnya kebangkrutan industri atau nilai tukar mata uang yang merosot maka kondisi perekonomian negara berkembang akan ikut goncang. Sebaliknya, alat-alat produksi sebagai barang modal yang diperlukan oleh negara berkembang akan menjadi beban bagi berlangsungnya produktifitas. Misalnya ketika nilai tukar dollar terhadap mata uang negara berkembang meningkat maka barang-barang tersebut juga meningkat, sehingga kebutuhan produksi juga meningkat atau menjadi mahal.
Salah satu contoh sederhana produksi tahu dan tempe di indonesia menggunakan kedelai impor dari Amerika, maka ketika niali dollar naik menyebabkan produksi tahu dan tempe juga naik, sedangkan harga jualnya sulit untuk dinaikkan atau ketika produksi kedelai menurun menyebabkan kuota kedelai impor di Indonesia menjadi sedikit, akibatnya harga kedelai menjadi mahal sehingga menimbulkan harga produksi tahu dan tempe meningkat.

1.2.  Identifikasi Masalah
·         Apa yang dimaksud dengan kerentanan ekonomi dan krisis ekonomi?
·         Bagaimana pembagian krisis ekonomi berdasarkan menurut jenis dan sumbernya?
·         Apa faktor yang menyebabkan Indonesia rentan terkena krisis ekonomi?
·         Apa dampak yang ditimbulkan dari krisis ekonomi terhadap Indonesia?
·         Bagaimana mengatasi krisis ekonomi?

1.3.  Maksud dan Tujuan
Makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana perekonomian Negara berkembang yang bergantung terhadap Negara maju. Negara tersebut rentan terhadap krisis ekonomi atau tidak mengalami kriris ekonomi dimana Indonesia termasuk ke dalam kategori Negara berkembang.

1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library Research) yaitu suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, diktat-diktat, jurnal dan literatur-literatur serta informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.



BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1.  Sejarah Perekonomian Indonesia
Indonesia memiliki catatan dan pengalaman sejarah yang cukup panjang dan menarik dalam menjalankan roda perekonomiannya. Secara garis besar perekonomian Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan (orde lama, orde baru, dan orde reformasi).

A. Sebelum Kemerdekaan
Pada masa ini, roda perekonomian Indonesia dikendalikan oleh para bangsawan, kerajaan-kerajaan lokal, dan para penjajah (Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang). Namun, pengaruh yang ditinggalkan Belanda yang telah menjajah Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia pada masa itu) selama 350 tahun sangat dalam. Negeri kincir angin itu juga telah menerapkan berbagai sistem yang masih dipakai hingga saat ini. Beberapa kebijakan yang mereka berlakukan untuk Hindia Belanda diantaranya dengan membentuk Serikat Dagang Belanda VOC, Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel), dan Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal). VOC pada masa kejayaannya 1602-1799 telah menjadi penguasa Hindia Belanda dalam hal memonopoli komoditi-komoditi ekspor unggulan seperti, rempah-rempah, kopi, dan cengkeh. Belanda juga melakukan ekspor perak ke Hindia Belanda sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an. Akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda di masa VOC, sementara pasokan perak terganggu akibat adanya blokade Inggris di Eropa maka jatuhlah kekuasaan Belanda ke tangan Inggris atas Hindia Belanda. Pada saat itu juga terjadi krisis finansial di tubuh VOC, VOC bubar dan republik bataaf yang mengambil alih kekuasaan dari VOC juga belum sempat berbenah.
Inggris yang mengambil alih kekuasaan atas Hindia Belanda pada 1811-1816 mulai menerapkan sistem baru menggantikan sistem pajak hasil bumi(contigenten), yaitu Landrent (pajak tanah) yang telah berhasil diterapkan di India. Namun perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, malah mengalami kegagalan sebelum akhirnya Inggris meninggalkan Hindia Belanda. Seiring dengan keberhasilan Belanda merebut kembali kekuasaan atas Hindia Belanda dari tangan Inggris, Belanda menerapkan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) pada tahun 1836. Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Masyarakat pribumi sangat tersiksa dengan sistem yang baru diterapkan pemerintah Belanda ini. Namun segi positifnya adalah mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Pemerintah Belanda berhasil menerapkan sistem barunya ini, masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka bawa masuk ke Hindia Belanda. Hal inilah yang merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.

B. SETELAH KEMERDEKAAN
ORDE LAMA
Pasca kemerdekaan, Indonesia mulai menggerakkan roda perekonomiannya sendiri. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno yang lebih dikenal dengan sebutan orde lama pembangunan ekonomi Indonesia dapat dibagi mejadi;
1. masa pasca kemerdekaan (1945-1950)
2. masa demokrasi liberal (1950-1957)
3. masa demokrasi terpimpin (1959-1967)
Pada masa pasca kemerdekaan, pembangunan sistem ekonomi Indonesia banyak mengalami jatuh bangun. Pemerintah pada saat itu dihadapkan pada masalah tingkat inflasi yang tinggi, pintu perdagangan luar negeri RI yang ditutup oleh Belanda, kas negara yang kosong, dan eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk keluar dari keterpurukan ekonomi di tanah air, seperti menyerahkan perekonomian Indonesia pada pasar, inilah yang menandai dimulainya masa demokrasi liberal. Kenyataannya, sistem ekonomi liberal ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Akhirnya setelah dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959, sistem ekonomi liberal diganti dengan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia yang menjurus pada sistem etatisme (segala-galanhya diatur oleh pemerintah). Namun, kembali Indonesia menemui kegagalan dimana tingkat inflasi yang tinggi akibat kegagalan kontrol pasca devaluasi. Selain itu pemerintah juga tidak menghemat pengeluaran-pengeluaranya, banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, serta adanya politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat.

ORDE BARU
Pada masa ini, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah Indonesia orde baru juga belajar dari pengalaman masa lalu, dimana sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi terpimipin tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi baru, yaitu sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Dari sistem ekonomi yang baru inilah kemudian pemerintah menyusun kebijakan ekonominya yang diarahkan pada pembangunan di segala bidang, yang tercemin dalam 8 jalur pemerataan yaitu;
1. Kebutuhan pokok
2. Pendidikan dan kesehatan
3. Pembagian pendapatan
4. Kesempatan kerja
5. Kesempatan berusaha
6. Partisipasi wanita dan pemuda
7. Penyebaran pembangunan
8. Peradilan
Semua kebijakan ini dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima tahun). Dampak positif dari sistem ekonomi campuran di orde baru ini antara lain, seperti;
1. Berhasil swasembada beras 
2. Penurunan angka kemiskinan
3. Perbaikan indikator kesejahteraan rakyat (angka partisipasi pendidikan, penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi) Berhasil menyelenggarakan preventive check (program KB, usia minimum orang yang akan menikah)



Sedangkan dampak negatifnya, seperti;
1.    Pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam
2.    Perbedaan ekonomi antar golongan yang tajam
3.    Penumpukan hutang luar negeri
4.    Timbulnya konglomerasi pembangunan, korupsi, kolusi, dan nepotisme

ORDE REFORMASI
Pada awal orde reformasi pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih diutamakan untuk stabilitas politik, ketimbang mengatasi masalah ekonomi yang diwariskan orde baru, antara lain; KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), pemulihan ekonomi, buruknya kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah.

2.2.  Krisis Ekonomi
Krisis adalah istilah lama dalam teori siklus bisnis, merujuk pada perubahan tajam menuju resesi, titik balik ditandai oleh kemajuan atau kemunduran yang tajam. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia krisis adalah keadaan yang berbahaya, keadaan genting, kemelut, dengan suram dalam berbagai hal seperti ekonomi dan moral. Krisis ekonomi adalah transisi yang tajam dimana terjadi penurunan siklus bisnis dan secara umum memperlambat kegiatan perekonomian. Perubahan ekonomi yang terjadi secara cepat tersebut mengarah pada turunnya nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi. Krisis ekonomi dapat melanda suatu Negara apabila perubahan ekonomi sudah tidak dapat dibendung lagi.
Proses terjadinya krisis ekonomi mempunyai 2 sifat yang berbeda yaitu :
  1. Secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. (goncangan ekonomi tak terduga).
  2. Krisis Ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, dimana melalui suatu proses akumulasi yang cukup panjang. Seperti krisis ekonomi global (periode 2008 – 2009). Diawali dengan krisis keuangan serius di AS akhirnya merembet ke negara-negara maju (Jepang, dan Eropa)
Krisis ekonomi dibedakan menurut jenis dan sumbernya  Menurut Jenisnya yaitu :
(1)   krisis nilai tukar, yang ditandai oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar,
(2)   krisis utang luar negeri yang besar jumlahnya, yang dibuat oleh swasta dan pemerintah,
(3)    mungkin juga dihinggapi krisismenurunnya kepercayaan masyarakat terhadap berbagai institusi ekonomi dan finansial.
Berdasarnkan sumbernya krisis ekonomi bersumber dari  :
1)      Dalam (Internal ) , misalnya : sektor pertanian (gagal panen akibat perubahan cuaca ekstrim yang tidak teransipasi sebelumnya, bencana alam (banjir ),
2)      Luar (Eksternal) , krisis ekonomi global 2008-2009
Krisis ekonomi berasal dari  sumber-sumber yang berbeda juga mempunyai proses dan jalur-jalur trnsmisi dampak yang berbeda



2.3.  Kerentanan Ekonomi
Kerentanan (vulnerability) merupakan suatu kondisi dari suatu komunikas atau amsyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi acaman bahaya. Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam menghadapi bahaya.
Menurut Adger (2004) dan Briguglio (2008). Pengertian kerentanan belum ada arti yang tepat namun secara arti yang secara umum kerentaan adalah  : kerentanan merujuk kepada potensi kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh goncangan eksogen. Dibidang ekonomi : kerentanan ekonomi merujuk pada resiko-resiko yang disebabkan oleh goncangan eksogen(sumber internal atau eksternal) terhadap 3 sistem kunci dari ekonomi yaitu produksi, distribusi (dari output dan input-input) dan konsumsi.
Menurut Guilaumon (2007) mendefinsikan kerentanan ekonomi  dari sebuah negara dengan resiko kehancuran ekonomi (terhentinya pembangunan ekonomi) yang dihadapi Negara disebabkan oleh goncangan eksogen. Menurut Guilaumon ada 2 jenis goncangan eksogen atau duasumber utama dari kerentanan yaitu :  bencana  alam dan perdagangan.
Sedangkan menurut Hoddinott dan Quisumbing (2003) lebih mengarah pada konsep kerentanan dan konsep kemiskinan yang saling terkait. Ada 3 pendekatan ;
  1. Sebagai perkiraan kemiskinan
  2. Sebagai harapan utilitas yang rendah
  3. Sebagai kepastian akan menghadapi resiko. 

2.3.   Faktor Penyebab Kerentanan Ekonomi Indonesia
1.        Indonesia semakin terbuka dibandingkan pada awal pada awal pemerintahan orde baru (1966). Ekonomi Indonesia telah lama menjadi bagian dari tujuan penting kawasan Asia Tenggara bagi Investasi Asing jangka pendek. Maka Indonesia menjadi sangat rentan terhadap pelarian modal dari DN (ketika Krisis 1997-1998) akibatnya mata uang rupiah mengalami suatu depresiasi dengan krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarahnya.
2.        Ekspor komoditi primer yang dilakukan Indonesia ditengah laju yang menurun seperti ; pertambanagn dan pertanian. Konsekuensinya, setiap ketidakstabilan permintaan dunia terhadap komoditi tersebut mengakibatkan goncangan bagi ekonomi indonesia.
3.        Dalam dua dekade terakhir indonesia semakin tergantung pada impor dari sejumlah produk makanan diantaranya ; beras, gandum, jagung, daging, sayur-sayuran dan buah2an, juga minyak. Konsekuensinya dari ketergantungan ini menjadiketidakstabilan dari harga-harga produk dipasar internasional, gagal panen dinegara2 asal. Efek negatif yang signifikan terhadap pengeluaran konsumsi RT namun juga akan mengancam keamanan pangan DN .
4.        20 tahun belakangan ini banyak TKI (termasuk wanita) yang bekerja di LN, sehingga pembangunan ekonomi sangat bergantung pada pengiriman uang dari TKI di LN. Konsekuensinya pada saat tuan rumah dimana TKI bekerja mengalami krisis dan memaksa TKI berhenti bekerja, maka jumlah uang yang rutin dikirim akan berkurang sehingga banyak desa diIndonesia mengalami kemiskinan.  Contoh : pada saat Dubai di Timur Tengah mengalami kebangkrutan keuangan  tahun 2009, banyak TKI yang bekerja di sektor bangunan berhenti sebelum waktunya.
5.        Indonesia sebuah negara dengan jumlah populasi  yang besar, arti : tingkat konsumsi makanan domestik tinggi, akselerasi laju pertumbuhan output di sektor pertanian DN menjadi krusial dan hal ini tergantung pada beberapa faktor eksogen, maka indonesia sangat rentan terhadap perubahan2udara yang tidak normal (seperti fenomena el-nino menyebabkan gagal panen sehingga ketahanan pangan terancam dan juga berakibat pada inflasi yang tinggi dan krisis keuangan pemerintah karena harus mengimpor beras yang banyak untuk RT-RT yang tidak mampu. 

2.4.  Dampak Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang sedang dialami oleh beberapa negara besar di dunia diantaranya AS secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Maka dari itu pemerintah harus waspada dan antisipatif, karena resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri
Krisis ekonomi global bisa diumpamakan sebagai deretan kartu domino yang diatur sejajar,jika pemain utamanya terjatuh maka akan membawa dampak buruk terhadap yang lainnya (efek domino). Celakanya, jika negara-negara berkembang yang terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga keuangan internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya, krisis yang terjadi bisa sangat parah dan potensial mengimbas ke wilayah lain.
Saat ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan adalah pada masyarakat menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham, valuta asing dan investasi emas.
Dari pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ melakukan suspend, harga bahan-bahan pangan mulai merangkak naik. Jika sudah begini, masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya.
Selain itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh krisis ekonomi global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari Antara.co.id, Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Adib Adjiputra, di Solo, beberapa waktu lalu mengatakan, harga bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri, berpotensi terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
Harga bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah lainnya yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat rentan mengalami kenaikan. Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan sektor properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Pada sektor properti ini, tipe rumah kelas menengah ke atas yang akan paling besar terkena dampak terjadinya krisis ekonomi ini. Kenaikan tingkat suku bunga pasti akan mengikutinya. Sehingga harga cicilan rumah perbulannya akan naik. Sedangkan untuk rumah kelas menengah ke bawah sedikit tidak berpengaruh karena sebagian sudah disubsidi pemerintah.
Dampak dari krisis ekonomi dengan sumber-sumber berbeda tergantung pada sifat dan besarnya keterkaitan :
  1. Krisis Produksi domestik dan dampaknya terhadap kemiskinan
  2. Krisis Perbankan dan dampaknya tehadap kemiskinan
  3. Krisis nilai tukar dan dampaknya tehadap kemiskinan
  4. Krisis perdaganagn dan dan dampaknya tehadap kemiskinan
Krisis modal dan dan dampaknya tehadap kemiskinan 

2.5. Kerentanan Indonesia terhadap krisis ekonomi


Krisis Ekonomi Global Berdampak Buruk Bagi Negara Berkembang

Dana Moneter Internasional atau IMF telah memperingatkan kepada negara-negara berkembang mengenai dampak krisis ekonomi global. Direktur Eksekutif IMF Christin Lagarde mengungkapkan bahwa ketidakpastian situasi ekonomi secara global dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
Seperti yang sudah dilansir oleh BBC bahwa awal pekan ini IMF telah memperingatkan mengenai pemulihan ekonomi global yang semakin lemah. Dampak ini menimbulkan tingkat ketidakpastian yang menghambat keputusan untuk investasi dan peluang lapangan kerja.
Secara terpisah Bank Dunia juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi terhadap negara besar Asia seperti China dan India dengan pertimbangan faktor resiko global.
Salah satu masalah krisis hutang di negara-negara Eropa menjadi salah satu pemicu utama pelemahan ekonomi global. Krisis zona Eropa ini telah membuat sebagian besar menurunkan tingkat kepercayaan konsumen dan pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah krisis.
Dalam usaha untuk memulihkan kondisi tersebut, IMF dan Bank Dunia membuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah darurat guna meredakan kekhawatiran dan memulihkan krisis ekonomi yang masih berlangsung sampai sekarang. Namum ada perkiraan akan terjadi hambatan dalam proses pemulihan ekonomi sehingga dibutuhkan kerjasama dan kerja keras secara politik pada tingkatan legislatif dan parlemen.


(http://www.permatabank.net/krisis-ekonomi-global-berdampak-buruk-bagi-negara-berkembang.html)

 http://www.metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global/


Dua artikel tersebut menunjukkan bahwa selama ini Negara-negara berkembang diantaranya Indonesia dalam pelaksanaan pembangunannya menggunakan pinjaman luar negeri salah satunya bersumber dari IMF. Ketergantungan yang sangat dominan terhadap IMF akan menggoyahkan proses pembangunan oleh karena perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar semakin membebani kewajiban Indonesia terhadap pembayaran utang luar negeri. Akibatnya cadangan defisa Indonesia akan tersedot hanya untuk menutupi utang-utang tersebut.
Disisi lain sebagai Negara agraris sektor pertanian merupakan sektor yang potensial untuk menopang ekonomi nasional, namun pada kenyataanya berbagai komoditi pertanian yang bisa dilakukan secara swasembada ternyata masih menggantungkan terhadap  impor luar negeri. Kenyataan inipun menimbulkan kerapuhan ekonomi di sektor pertanian tersebut, sekaligur terhadap sektor industry yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, industry pembuatan tahu tempe bahan baku utamanya adalah kacang kedelai, seharusnya kedelai bisa di produksi di Indonesia namun hingga saat ini masih bergantung pada impor luar negeri. Contoh lain industry pembuatan mie cepat saji dan roti bahan baku utamanya di impor dari luar negeri.
Kenyataan ini sangat rentan apabila terjadi kenaikan harga yang ditetapkan oleh Negara pengekpor bahan baku tersebut, akibatnya kegiatan industry tahu tempe, mie cepat saji, roti dan jenis lainnya yang bahan bakunya di impor akan mengalami krisis, sekaligus akan berpengaruh terhadap produksi dan tenaga kerja setempat. 
1.3.  Mengatasi Krisis Ekonomi
Untuk mengatasi kriris ekonomi yang terjadi, presiden menghimbau kepada masyarakat seperti berikut :
1.      Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar kepercayaan masyarakat.
2.      Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.
3.      Optimalisasi APBN 2012 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan `social safety net` dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.
Untuk itu perlu dilakukan efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD khususnya untuk peruntukan konsumtif.
4.      Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara Bank Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.
5.      Semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.
6.      Menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat.
7.      Perlunya penguatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta.
8.      Semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi.
9.      Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1.  Kesimpulan
Sepanjang kegiatan ekonomi di Indonesia untuk sector apapun yang bergantung kepada luar negeri, baik sumber pendanaan maupun bahan bakunya maka akan senantiasa terjadi ketergantungan terhadap luar negeri, terutama Negara-negara pengekspor. Setiap perubahan yang terjadi di Negara donor (pemberi hutang) dan Negara pensuply bahan baku kegiatan ekonomi di Negara Indonesia, maka secara langsung akan berdampak.

1.2.  Saran
Untuk mengatasi hal tersebut maka  pemerintah bersama masyarakat sebagai pelaku ekonomi harus bertekad untuk melakukan swasembada pertanian terutama produksi pertanian yang menjadi bahan baku kegiatan lainnya (industry dan perdagangan). Selain itu, perlunya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-poduk Indonesia. Dipihak lain pemerintah mengupayakan pengurangan ketergantungan pinjaman luar negeri, sehingga tidak terlampau membebani dan mengurangi cadangan defisa nasional.



DAFTAR PUSTAKA

http://andreasblog21.blogspot.com/2011/03/sejarah-perekonomian-indonesia.html
http://www.metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global/
http://www.permatabank.net/krisis-ekonomi-global-berdampak-buruk-bagi-negara-berkembang.html
http://kuliahonline.unikom.ac.id/?kuliah/&kID=MjExNQ%3D%3D
http://neoalitcahya.blogdetik.com/2012/05/15/sepuluh-cara-mengatasi-krisis-ekonomi-global-oleh-pemerintah-republik-indonesia/
todaro, Michael P. Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Jakarta:Penerbit Erlangga




0 Response to "Makalah Kerentanan Krisis Ekonomi"