Judul : Ukuran Baku Tulisan Jurnalistik Maupun Public Relations
A.
Pendahuluan
Walaupun wartawan tidak terlalu diuntut untuk
menulis berita atau laporan dengan jenis narasi, namun ia harus mampu membuat Tulisan Yang Baik. Ukuran baik tidaknya
suatu tulisan memang tidak selalu sama bagi semua orang. Tetapi paling tidak
ada tulisan baku yang dapat dipergunakan. Ukuran baku tersebut adalah:
1.
Isi
Tulisan yang baik
adalah:
a. Tulisan
berisi gagsan baru
b. Tulisan
itu harus asli
c. Tulisan
itu harus dengan pengkajian yang masuk akal/logis
Untuk
mengukur baik tidaknya suatu tulisan, kita harus:
a. Mengji
gagasan yang dipaparkan tersebut
b. Langkah
gagasan yang dipaparkan harus diambil dengan:
1) Memilih
dan membatasi pokok persoalan
2) Menafsirkan
dan menjabarkan pokok-pokok persoalan tersebut
3) Merancang
dan memaparkan pokok persoalan tersebut dalam tulisan
Ada
beberapa kelemahan Wartawan atau Penulis:
a. Terutama
wartawan/penulis pemula sering mencari pokok permasalahan yang terlalu hebat
b. Tidak
membatasi dan menafsirkan persoalan tersebut secara cermat.
c. Suatu
pokok persoalan selalu meluas dan kabur sering menggunakan gaya susunan
Piramida Normal, seharusnya piramida terbalik
Contok pokok permasalahan yang
luas:
“Korupsi dan
Pemberantasannya”
Tentang korupsi
ini kita telah tahu, pokok ini merupakan masalah lama dan tokoh berlarut-larut.
Banyak orang telah berbicara tentangnnya dan pemberantasan korupsi telah lama
dicanangkan dengan undang-undang, tetapi tak pernah selesai.
Setelah kita
coba memilih dan membatasi pokok persoalannya, kita tafsirkan dan jabarkan,
barulah kita merancang suatu paparan. Rancangan itu kita sebut dengan Outline
atau Garis Besar.
Tugas:
Buat satu tulisan dengan Outline lengkap
1) Judul
2) Ddata
yang harus dicari
3) Buku
yang diperkirakan menunjang tulisan anda
4) Bab-bab
yang akan ditulis
2.
Bahasa
Bagi penulis atau
wartawan, bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan seluruh gagasannya. Ia
harus mampu menggunakan bahasa dengan baik agar maksud yang akan disampaikannya
menjadi jelas dan dimengerti secara benar oleh pembacanya.
Syarat yang baik:
a. Penulis/wartawan
mampu memilih kata-kata yang tepat
b. Kata-kata
itu diuntai menjadi kalimat dan kalimat-kalimat disusun menjadi alinea atau
paragraf
c. Dengan
untaian kata yang baru dan susunan kalimat yang baik, teratur dan runtut
d. Pokok
yang diuraikan akan dimengerti dengan benar oleh pembaca
e. Hindarkan
pembaca mengartikan kalimat dan paragraf anda itu menjadi biasa atau meragukan
atau pengertian ganda.
Aspek Penilaian
a. Tata
bahasa
b. Perbedaan
kata
c. Ejaan
Untuk ejaan
tetap berstandar pada EYD. Kata menaikkan harus ditulis dengan dua huruf “k”
kata pertanggungjawaban jangan diganti dengan dengan pertanggungjawaban.
3.
Pemaparan
Skala Pemaparan
berkaitan erat dengan kemampuan penulis atau wartawan menjalin paragraf-paragraf
yang ditulisnya secara sistematis. Kemampuan menjalin paragraf suatu paparan
yang runtut dan mengalir itu tergantung dari sistematika berfikir wartawan atau
penulis. Dalam soal pemaparan itu wartawan atau penulis dituntut:
a. Tidak
keluar dari pokok persoalan yang dibahasnya
b. Cara
menarik kesimpulan menentukan lancer tidaknya pemaparan tersebut
c. Contoh
seorang penulis memaparkan tentang gajah, ia harus memaparkan dengan bahasa
yang jelas tentang gajah tersebut.
Contoh pemaparan yang menarik kesimpulan
yang salah:
“Harimau adalah binatang, gajah
adalah binatang. Maka harimau sama dengan gajah”
Kesalahan diatas
terletak pada cara menarik kesimpulan, tetapi juga di dalam mengajukan data.
Kesalahan ini sering terjadi oleh penulis maupun wartawan karena
penulis/wartawan menyimpang dari pokok pembahasan.
Contoh:
“Gajah adalah
binatang buas yang hidup di pulau Sumatera, begitu buas bila diganggu. Dengan
belalainya yang panjang, gajah mampu menumbangkan rumah. Belalai gajah panjang
itu sangat kuat. Juga sangan panjang seperti ularPhyton yang dapat meremukan
tulang seekor kerbau. Ular phyton itu hidup di hutan-hutan. Ia dapat menelan
seekor kambing sekaligus dan setelah itu ia akan tidur tiga bulan dan
seterusnnya.”
Contoh penggunaan bahasa Indonesia
Yang Tepat
a. Pokok
Aturan Pertama
Yang
penting atau dipentingkan ditempatkan di
depan
Yang
kurang penting atau keterangan di
belakang.
Contoh:
Salah : Ini buku bagus
Nanti malam kita menonton
Betul : Buku ini bagus
Malam nanti kita membaca
Kecuali
kata yang telah dipengaruhu Bahasa Sansekerta
Contoh:
Perdana
menteri (Sansekerta)
Bumi
putera (Sansekerta)
Mahaguru
(Sansekerta)
Kalau
Bahasa Indonesia yang sebenarnya dan benar adalah:
Menteri
perdana
Putera
bumi
Guru
maha
Karena itu kita mengambil dari Bahasa Sansekerta,
kata tersebut ditulis sebagaimana aslinya:
Contoh lain:
Bina Graha yang
berarti rumah pembangunan yang tepat
menurut aturan bahasa Indonesia adalah Graha
Bina, tetapi karena kata tersebut asal kata Sansekerta, maka kita tulis
sebagaimana mestinya, yaitu Bina Graha.
b. Pokok
Aturan Kedua
Kata
Benda Bahasa Indonesia tidak punya bentuk “Jamak” (Plural, Jumah dari Satu)
untuk menunjukkan jamak cukup digunakan kata: banyak, berapa, semua, segala,
setengah dan sebagainya.
Contoh:
Banyak
mobil semua anggota
Beberapa
kendaraan setengah orang
Segala
macam lima negara
c. Kelompok
Huruf Keras Dramatik
Contoh:
d. Kelompok
Huruf Spontan/Ringan/Santai
0 Response to "Penulisan Humas Pertemuan 3"