BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar
Belakang
Sosiologi merupakan salah satu ilmu yang
banyak dipelajari oleh kaum pelajar, mulai dari Siswa maupun Mahasiswa.
Sosiologi merupakan ilmu yang tergolong kedalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Sosiologi juga berkembang, salah satunya adalah Ilmu Sosiologi Komunikasi.
Sosiologi
Komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari interkasi sosial atau hubungan
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan
individu dan kelompok dengan kelompok. Sosiologi Komunikasi mempunyai banyak
pokok bahasan yang menarik, salah satunyan adalah struktur dan proses sosial
serta proses komunikasi dalam masyarakat.
Struktur
dan proses sosial serta proses komunikasi dalam masyarakat membuat penulis
merasa tertarik. Oleh karena itu penulis mengambil judul ”Struktur dan Proses
Sosial Serta Proses Komunikasi Dalam Masyarakat”.
I.II Pengertian-pengertian
I.II.I Struktur SosiaL
Struktur adalah pola hubungan
antar manusia dan antar kelompok manusia (menurut Coleman). Struktur sosial adalah pola
hubungan-hubungan, kedudukan-kedudukan, dan jumlah orang yang memberikan
keanggotaan bagi organisasi manusia dalam kelompok kecil dan keseluruhan
manusia (Calhoun,1997). Struktur sosial sebagai pola perilaku
berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok
dalam masyarakat (William Kornblum,1988).
Struktur
sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang pokok
dalam masyarakat, yaitu kelompok, kelas sosial, nilai dan norma
sosial, dan lembaga sosial.
Struktur
sosial merupakan ruang abstrak dalam masyarakat, sebagaimana ruang geografi
yang kita kenal dan lebih konkrit. Kalau dalam ruang geografi kita dapat
mempunyai alamat geografik (titik posisi atau lokasi kita berada), misalnya SMA
Negeri 3 Yogyakarta berlokasi di Jalan Yos Sudarso 7, Kaluarhan Kota
Baru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, maka demikian
jugalah di ruang sosial, maka di ruang sosial atau struktur sosial, kita pun
punya alamat sosial. Di manakan posisi SMA Negeri 3 Yogyakarta di ruang
sosial? Tergantung pada parameter apa yang kita gunakan, apakah nilai dan
norma, kelompok, status atau kelas sosial, atau kah lembaga sosial.
I.II.II Proses Sosial
Proses
sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara
berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial
dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
I.II.III Proses Komunikasi Dalam
Masyarakat
Masyarakat
memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan
lapisan masyarakat tergantung pada komplektisitas masyarakat itu sendiri. Semakin
masyarakat itu kaya dengan kebudayaanya, maka semakin rumit proses-proses
sosial yang dihasilkanya. Serta tergantung pula pada adanya pengaruh dan
khalayaknya, baik secara individu, kelompok, ataupun masyarakat luas. Sedangkan
substansi bentuk atau wujud komunikasi di tentukan oleh:
1.
Pihak-pihak
yang terlibat dalam komunikasi (komunikator dan khalayak)
2.
Cara
yang ditempuh
3.
Kepentingan
atau tujuan komunikasi
4.
Ruang
lingkup yang melakukanya
5.
Saluran
yang digunakan
6.
Isi
pesan yang disampaikan
Sehubungan
dengan itu, maka kegiatan komunikasi dalam masyarakat dapat berupa komunikasi tatap muka yang terjadi
pada komunikasi interpersonal dan kelompok serta kegiatan komunikasi yang
terjadi pada komunikasi masa.
BAB II
ISI
II.I Struktur Sosial
August
Comtes mengatakan sosiologi mengkaji masyarakat dari Social Statics (statika
sosial atau struktur sosial) dan Social Dynamics (dinamika sosial atau
perubahan sosial. Comte berpendapat bahwa
setiap masyarakat meiliki dua sistem kehidupan yang berbeda sebagaimana
yang dipelajari oleh sosiologi itu. Walaupun memiliki dua sisi yang berbeda,
kebudayaan menjadi sistem yang tak terpisahkan dari sebuah masyarakat secara
umum.
Sosial
statics meliputi struktur sosial masyarakat berupa kelompok dan lembaga-lembaga
sosial lapisan serta kekuasaan. Sedangkan sosial dinamics sebagai fungsi-fungsi
masyarakat yang telibat dalam proses sosial perubahan sosial atau bentuk
abstrak interaksi sosial.
A.
Struktur
Masyarakat
1.
Kelompok
Sosial
Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri
sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan
hidupnya dengan orang lain dalam kelompok.
Kelompok sosial adalah kehidupan bersama
manusia dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara relatif
kecil yang hidup secara bersama. Berdasarkan kelompok dan proses sosialnya,
maka kelompok sosial dapat dibagi menjadi kelompok dan proses sosialnya, maka
kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yang penting. Ada empat
kelompok sosial yang dapat dibagi berdasarkan struktur masing-masing kelompok.
a.
Kelompok
Formal Sekunder
Kelompok sosial yang umumnya bersifat sekunder dan
bersifat formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas serta dibentuk
berdasarkan tujuan yang tegas serta dibentuk berdasarkan tujuan yang jelas pula
kelompok sosial formal sekunder memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Adanya
kesadaran anggota bahwa ia adalah bagian dari kelompok yang bersangkutan.
b)
Setiap
anggota memiliki hubungan timbal balik dengan anggota lainnya dan bersedia
melakukan hubungan-hubungan fungsional diantara mereka.
c)
Setiap
anggota menyadari faktor-faktor kebersamaan diantara mereka, dimana kebersamaan
ini mendorong kohesifitas kelompok itu sendiri. Faktor-faktor itu umpamanya
kepentingan bersama, nasib yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama,
primordialisme, memiliki ancaman yang sama, termasuk juga memiliki
harapan-harapan yang sama.
d)
Kelompok
sosial ini memiliki struktur yang jelas dan tegas termasuk juga prosedur
suksesi dan kaderisasi.
e)
Memiliki
aturan yang formal mengikat anggota kelompok dalam struktur yang ada juga
mengatur mekanisme struktur dan sebagainya.
f)
Anggota
dalam kelompok formal-skunder memiliki pola dan pedoman perilaku senbagaimana
diatur oleh kelompok secara umum.
g)
Kelompok
sosial ini memiliki sistem kerja yang berpola, berstruktur dan berproses dalam
mencapai tujuan-tujuan kelompok.
h)
Kelompok
sosial primer-skunder memiliki kekuatan mempertahankan diri, mengubah diri
(adaptasi), rehabilitasi diri, serta kemampuan menyerang kelompok lain.
i)
Kelompok
formal-skunder memiliki masa (umur) hidup yang dikendalikan oleh faktor-faktor
internal dan eksternal.
b.
Kelompok
Formal-Primer.
Kelompok Formal-Primer adalah kelompok sosial yang
yang umunmya bersifat formal namun keberadaanya bersifat primer. Kelompok ini
memiliki aturan yang jelas, walaupun tidak dijalankan secara tegas. Begitu juga
kelompok sosial ini memiliki struktuk yang tegas walaupun fungsi-fungsi
struktur ini diimplementasikan secara guyub. Terbentuknya kelompok ini
didasarkan oleh tujuan-tujuan yang jelas ataupun tujuan yang abstrak. Contoh
dari kelompok formal-primer adalah keluarga inti, kelompok kekerabatan dan
kelompok-kelompok primordial.
c.
Kelompok
Informal-Skunder.
Kelompok
Informal-Skunder adalah kelompok sosial yang umumnya informal namun
keberadaanya bersifat skunder. Kelompok ini bersifat tidak mengikat bahkan bisa
terbentuk walaupun memiliki tujuan-tujuan yang kurang jelas. Contoh kelompok
ini adalah persahabatan, kelompok anak muda (geng), kelompok percintaan
(pacaran), dan semacamnya.
d.
Kelompok
Informal-Primer.
Kelompok
Informal-Primer adalah kelompok sosial yang terjadi akibat meleburnya
sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabkan karena pembentukan
sifat-sifat diluar kelompok
formal-primer yang tidak dapat ditampung oleh kelompok formal-primer. Kelompok ini juga merupakan bentuk lain dari
kelompok informal-skunder terutama menonjol dihubungan-hubungan mereka yang
sangat pribadi dan mendalam.
2.
Lembaga
(Pranata) Sosial
Lembaga (pranata) sosial adalah sekumpulan
tata aturan yang mengatur interaksi dan proses-proses sosial di dalam
masyarakat. Lembaga sosial memungkinkan setiap struktur dan fungsi-fungsi serta
harapan-harapan setiap anggota dalam masyarakat dalam berjalan dan memenuhi
harapan yang sebagaimana disepakati bersama.
Wujud konkret pranata sosial adalah
aturan, norma adat istiadat dan semacamnya yang mengatur kebutuhan masyrakat
dan telah terinternalisasi dalam kehidupan masyarakat, dengan kata lain pranata
sosial adalah sistem norma yang telah melembaga atau menjadi kelembagaan
disuatu masyarakat. Misalnya kebutuhan orang terhadap penyembuhan penyakit,
menghasilkan kedokteran, perdukunan, penyembuhan alternatif.
3. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial atau strata sosial
adalah stktur sosial yang berlapis-lapis di dalam masyarakat. Lapisan sosial
menunjukan bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari yang terendah sampai
yang paling tinggi. Secara fungsional lahirnya strata sosial ini karena
kebutuhan manusia terhadap sistem produksi yang dihasilkan oleh masyarakat
disetiap strata, dimana sistem produksi itu mendukung secara fungsional
masing-masing strata.
Menurut Pitrim Sorokim yang dikutip dari Soekanto,
Stratifikasi Sosial adalah pembedaan penduduk dan masyarakat kedalam
kelas-kelas sosial secara bertingkat (Soekanto, 2002:228), yaitu kelas-kelas
tinggi dan kelas kelas rendah. Setiap masyarakat mempunyai lapisan, mulai yang
sederhana sampai yang rumit, tergantung dari masyarakat tersebut. Dalam
masyarakat yang kompleks, maka perbedaan kedudukan dan peranan juga bersifat
kompleks.
4. Mobilitas Sosial
Menurut horton dan Hunt (Narwoko dan
Uyanto, 2004:188) mobilitas sosial dapa diartikan sebagai suatu gerak
perpindahan dari suatu kelas ke kelas lainnya. Mobilitas bisa berupa
peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial.
Secara umum ada tiga jenis mobilitas
sosial, yaitu gerak sosial yang meningkat (sosial climbing), gerak social
menurun (social sinking), dan gerak social horizontal. Ketiga jenis mobilitas
sosial ini dapat dialami oleh siapa saja dan kapan saja sesuai dengan bagaimana
seseorang mengespresikan seseorang secara timbal balik.
5.
Kebudayaan
Kebudayaan (culture) adalah produk seri
seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat
dengan segala aktivitasnya. Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata
dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya.
Pernyataan diatas sejalan dengan Selo
Sumarjan Sumardi, bahwa kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat. (a) Karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti
teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi (fisik) yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai dan mendudukan alam sekitarnya, sehing budaya yang
bersifat fisik ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. (b) Rasa, adalah spirual
culture (nonfisik) meliputu unsur mental dan kejiwaan manusia. Rasa
menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial dan norma sosial atau yang
disebut dengan pranata sosial. Apa yang dihasilkan rasa digunakan untuk
mengatur masalah-masalah kemasyarakatan. Misalnya agama, kesenian, ideologi,
kebatinan, dsb. (c) Cipta merupakan immaterial culture yang menghasilkan
pranata sosial, namun cipta yang menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan
dan semacamnya yang bermanfaat bagi manusia. (d) Karsa adalah kemampuan untuk
menempatkan karya rasa dan cipta pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan
kepentingan bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian karsa adalah kecerdasan
dalam menggunakan karya, rasa dan cipta secara fungsional sehingga menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat lebih bagi manusia dan masyarakat secara luas.
Berdasarkan diatas, maka kebudayaan secara
universal memiliki unsur-unsur lain seperti:
1)
Sistem
2)
teknologi
3)
Sistem
mata pencaharian hidup (sistem ekonomi produksi)
4)
Sistem
sosial
5)
Sistem
bahasa
6)
Sistem
kesenian
7)
Sistem
ilmu pengetahuan
8)
Sistem
religi
9)
Sistem
pertahan dan kekuasaan
10)
Sistem
norma dan aturan
11)
Sistem
pendidikan
12)
Sistem
13)
Kesehatan
II.II Proses Sosial dan Interaksi
Sosial
Proses
sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara
berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan
politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi
sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Tapi perlu diingat bahwa
orang-orang yang bertemu muka saja dan mereka tidak saling berbicara, atau
tidak saling menukar tanda-tanda, hal tersebut sudah dikatakan bahwa interaksi
social telah terjadi. Karena dalam tatap muka tersebut masing-masing pihak
sadar bahwa ada pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan
maupun syaraf kedua pihak tersebut disebabkan oleh bau harum misalnya atau bau
tidak sedap yang ditimbulkan oleh kedua belah pihak tersebut atau bunyi
jalannya. Dan hal tersebut akan membuat suatu kesan pada pikiran
masing-masing pihak tentang apa-apa yang akan dilakukan selanjutnya.
A.
Interaksi
Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok
manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya
tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok
manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok
ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan
kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi
reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin teradi
apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama
sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan
termaksud. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada
berbagai faktor:
1.Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
2.Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu
pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima
oleh pihak lain.
3.Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian
seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.
4.Proses
simpati
Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa
tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang
sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk
memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
B.
Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara
individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat
terjadinya interaksi sosial :
1. Adanya
kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu
antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu
kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
2. Adanya
Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut.
B.1 Interaksi sosial terjadi oleh
karena adanya kontak sosial
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con
atau cum (artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Arti secara
hanafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi
apabila terjadinya hubungan badaniah. Sebagai gejala seosial itu tidak perlu
berarti suatu hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya perkembangan
teknologi, orang dapat menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya. Dapat
dikatakan bahwa hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu
kontak. Kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk :
1.
Adanya orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebuasaan dalam
keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses
dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat dimana dia menjadi anggota.
2.
Ada
orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.
Kontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan bahwa
tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila
suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan
ideologi dan programnya.
3.
Antara
suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan
parpol yang ketiga di pemilihan umum.
Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan,
tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial yang bersifat
positif mengarah pada suatu kerja sama, sengangkan yang bersifat negatif
mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat bersifat primer atau
sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu
dan berhadapan muka. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Sekunder dapat
dilakukan secara langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat
dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf, radio, dst.
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa
seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud
pembicaraan, gera-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Dengan adanya komunikasi tersebut,
sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat
diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan
bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.
C. Kehidupan
yang Terasing
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi
terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang terasing
(isolation). Kehiduapan terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan
untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing
dapat disebaban karena secara badaniah seseorang sama sekali diasingkan dari
hubungan dengan orang-orang lainnua. Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak
ditentuan oleh pergaulannya dengan orang lain.
Terasingnya seseorang dapat pula
disebabkan oleh karena cacat pada salat satu indranya. Dari beberapa hasil
penelitian, ternyata bahwa kepribadian orang-orang mengalami banyak penderitaan
akibat kehidupan yang terasing karena cacat indra itu. Orang-orang cacat
tersebut akan mengalami perasaan rendah diri, karena kemungkinan-kemungkinan
untuk mengembangkan kepribadiannya seolah-olah terhalang dan bahkan sering kali
tertutup sama sekali.
Pada masyarakat berkasta, dimana gerak
sosial vertikal hampir tak terjadi, terasingnya seseorang dari kasta tertentu
(biasanya warga kasta rendahan), apabila berada di kalangan kasta lainnya
(kasta yang tertinggi), dapat pula terjadi.
D.
Bentuk-bentu
Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau
pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian,
namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang
dinamakan akomodasi. Ini berarti kedua belah pihak belum tentu puas sepenunya.
Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.
Keempat bentuk poko dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu
kontinuitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang
kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya
sampai pada akomodasi.
Gillin dan Gillin mengadakan
penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial
yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :
1.
Proses-proses
yang Asosiatif
a.
Kerja
Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama
dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai
manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian
kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya,
keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya
rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya
(yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja
sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan
lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut;
kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi
merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang
biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut
dibedakan lagi dengan :
1) Kerjasama
Spontan (Spontaneous Cooperation) => Kerjasama yang sertamerta
2) Kerjasama
Langsung (Directed Cooperation) => Kerjasama yang merupakan hasil perintah
atasan atau penguasa
3) Kerjasama
Kontrak (Contractual Cooperation) => Kerjasama atas dasar tertentu
4)
Kerjasama
Tradisional (Traditional Cooperation) => Kerjasama sebagai bagian atau unsur
dari sistem sosial.
Ada 5 bentuk
kerjasama :
1) Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
2)
Bargaining,
Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara 2 organisasi atau lebih
3)
Kooptasi
(cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan
4)
Koalisi
(coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil
untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan
mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi,
karenamaksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama,
maka sifatnnya adalah kooperatif.
5)
Joint
venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
b.
Akomodasi
(Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujukk pada suatu keadaan
dan yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya
suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan
nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan
yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan
sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai
suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling
bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu:
1)
Untuk
mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat
perbedaan paham
2)
Mencegah
meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer
3)
Memungkinkan
terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat
faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
4) Mengusahakan
peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
1)
Corecion,
suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
2)
Compromise,
bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya
agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3)
Arbitration,
Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak
sanggup mencapainya sendiri
4) Mediation,
mirip arbitration. Tapi pada mediation pihak ketiga yang netral, diundang dalam
perselisihan yang ada. Pihak ketiga tugasnya agar ada penyelesaian secara
damai. Pihak ketiga disini berkedudukan sebagai penasehat dan bukan untuk
memutuskan.
5) Conciliation,
suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6) Toleration,
merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
7) Stalemate,
suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan
yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.
8)
Adjudication,
Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
Hasil-hasil Akomodasi :
1)
Akomodasi
dan Intergrasi Masyarakat
Akomodasi dan
intergrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk menghindarkan masyarakat dari
benih-benih pertentangan laten yang akan melahirkan pertentangan baru.
2)
Menekankan
Oposisi
Sering kali suatu
persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu kelompok tertentu dan kerugian
bagi pihak lain
c.
Asimilasi
(Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam
taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi
kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan
dan tujuan bersama. Proses Asimilasi
timbul bila ada :
1) Kelompok-kelompok
manusia yang berbeda kebudayaannya
2) Orang-perorangan
sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk
waktu yang lama sehingga
3) Kebudayaan-kebudayaan
dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling
menyesuaikan diri
Beberapa
bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi
yang asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini:
1) Interaksi
sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang
lain tadi juga berlaku sama
2)
Interaksi
sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan
3) Interaksi
sosial tersebut bersifat langsung dan primer
4)
Frekuaensi
interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola
tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang
mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus
dicapai dan dikembangankan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya
suatu asimilasi adalah :
1)
Toleransi
2)
Kesempatan-kesempatan
yang seimbang di bidang ekonomi
3) Sikap
menghargai orang asing dan kebudayaannya
4) Sikap
tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5)
Persamaan
dalam unsur-unsur kebudayaan
6)
Perkawinan
campuran (amaigamation)
7)
Adanya
musuh bersama dari luar
Faktor umum
penghalangan terjadinya asimilasi:
1) Terisolasinya
kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
2) Kurangnya
pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali
menimbulkan faktor ketiga
3) Perasaan
takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
4) Perasaan
bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5) Dalam
batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah
dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi
6) In-Group-Feeling
yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti
adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan
kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
7) Gangguan
dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas
lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa
8)
Faktor
perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan
pribadi.
Asimilasi
menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat
istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan
akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial
kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.
2.
Proses
Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang
persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat,
walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial
masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan
seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola
oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle
for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi
proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :
a.
Persaingan
(Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian
publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum :
1)
Bersifat
Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini
dinamakan rivalry.
2)
Bersifat
Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing
untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk
persaingan :
1)
Persaingan
ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah
konsumen
2) Persaingan
kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
3) Persaingan
kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok
terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
serta peranan terpandang.
4) Persaingan
ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn
ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat
mempunyai beberapa fungsi:
1) Menyalurkan
keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
2) Sebagai
jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa
medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3) Sebagai
alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi
untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan
kemampuannya.
4) Sebagai
alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)
Hasil suatu persaingan
terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini:
1)
Kerpibadian seseorang
2) Kemajuan
: Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan memberikan
sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
3) Solidaritas
kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan saling
menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian.
4) Disorganisasi
: Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan
disorganisasi pada struktur sosial.
b.
Kontraversi
(Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1) yang
umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2) yang
sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki
melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada
pihak lain, dst.
3) yang
intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
4) yang
rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
5) yang
taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh
lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi,
intimidasi, dst.
Menurut
Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
1) Kontraversi
generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami
perubahan yang sangat cepat
2)
Kontraversi
seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
3)
Kontraversi
Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas
dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga
legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe Kontravensi :
1)
Kontravensi
antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
· Kontavensi antarmasyarakat setempat yang
berlainan (intracommunity struggle)
·
Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu
masyarakat setempat (intercommunity struggle)
2)
Antagonisme
keagamaan
3)
Kontravensi
Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
4)
Oposisi
moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
c.
Conflict
(Pertentangan atau Pertikaian)
Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam
ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan
seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang
ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Sebab musabab
pertentangan adalah :
1)
Perbedaan
antara individu
2)
Perbedaan
kebudayaan
3)
perbedaan
kepentingan
4)
perubahan
sosial
Pertentangan dapat pula menjadi sarana
untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah
tercapai. Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1)
Pertentangan
pribadi
2)
Pertentangan
Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara
mereka yang menimbulkan pertentangan
3)
Pertentangan
antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
4)
Pertentangan
politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat,
maupun antara negara-negara yang berdaulat
5)
Pertentangan
yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang
kemudian merembes ke kedaulatan negara
Akibat-akibat bentuk pertentangan:
1)
Tambahnya
solidaritas in-group
2)
Apabila
pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,
akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok
tersebut.
3)
Perubahan
kepribadian para individu
4)
Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia
5)
Akomodasi,
dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Baik
persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif
yang terdapat pada setiap masyarakat.
II.III Proses Komunikasi dalam
Masyarakat
A.
Komunikasi Langsung
Pada komunikasi langsung (tatap muka) baik
antara individu dengan individu, atau individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok, kelompok dengan masyarakat, maka pengaruh hubungan individu
(interpersonal) termasuk di dalam pemahaman komunikasi ini.
Namun demikian, individu yang memengaruhi
proses komunikasi tidak lepas dari pengaruh kelompoknya baik yang primer maupun
sekunder. Walaupun komunikasi individu tak terlepas dari pengaruh kelompok,
namun konsep komunikasi ini hanya melihat apa konten dari komunikasi yang
dibangun oleh individu masing – masing.
Persyaratan yang harus ada dalam komunikasi
tatap muka adalah antara komunikator dengan komunikanya harus bertemu dan
prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan diantara kedua pihak. Beberapa
pendapat sepakat bahwa konsep hubungan antara pribadi. Jadi, tatap muka yang
dimaksud adalah sebuah konsep yang fleksibel tidak saja tatap muka dalam arti
langsung saling melihat satu dengan lainnya, namun tatap muka yang dimaksud
adalah sebuah hubungan interpersonal yang memungkinkan kedua belah pihak
mengembangkan theatre of the mind pada saat berkomunikasi
melalui media berdasarkan pengalaman saling melihat di antara mereka
sebelumnya.
B.
Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah proses
komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi
dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak
luas. Dengan demikian, maka unsure-unsur pentingdalam komunikasi massa adalah:
1) Komunikator
adalah orang yang menyampaikan pesan terhadap komunikan, namun dapat terjadi
sebaliknya bila ada umpan-balik atau feed-back.
Komunikator dalam komunikasi massa adalah :
a)
Pihak
yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam
menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh
public
b)
Komunikator
dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan
solusi – solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa diketahui
dengan jelas keberadaan mereka.
c) Komunikator
juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang
sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.
2)
Media
massa, adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran
informasi secara missal
dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.
3)
Informasi
(pesan) massa, adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara
massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi.
4)
Gatekeeper, adalah penyeleksi informasi. Wartawan, desk
surat kabar, editor, bahkan penerima telpon di sebuah institusi media massa
memiliki kesempatan untuk menjadi gatekeeper ini.
5)
Khalayak
(publik), adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media
massa.
6) Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya
bersifat tertunda sedangkan umpan balik pada komunikasi tatap muka bersifat
langsung. Akan tetapi sifat umpan balik yang tertunda ini sudah mulai
ditinggalkan seirama dengan perkembangan teknologi.
1.
Konsep Massa
Massa memiliki unsur – unsur penting,
yaitu :
1)
Terdiri dari masyarakat dalam jumlah yang besar
2)
Jumlah massa yang besar menyebabkan massa tidak bisa
dibedakan satu dengan lainnya.
3) Sebagian anggota massa memiliki negative
image terhadap
pemberitaan media massa.
4)
Karena jumlah yang besar, maka massa juga sukar
diorganisir.
5) Massa merupakan refleksi dari kehidupan
sosial secara luas.
2.
Proses Komunikasi Massa
Menurut McQuail (1992 :
33), proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk :
1) Melakukan distribusi dan penerimaan
informasi dalam skala besar.
2) Proses
komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke
komunikan.
3) Proses
komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan
komunikan, menyebabkan komunikasi di antara mereka berlangsung datar dan
bersifat sementara.
4) Proses komunikasi massa juga berlangsung
impersonal (non-pribadi) dan tanpa nama.
5) Proses komunikasi juga berlangsung
berdasarkan pada hubungan – hubungan kebutuhan (market) di masyarakat.
3.
Audiensi Massa
Terdiri dari jumlah
yang besar.
1)
Suatu pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh
masyarakat dari berbagai tempat, sehingga sifat audien massa tersebar dimana –
mana, terpencar, dan tidak mengelompok pada wilayah tertentu.
2) Audiensi massa memiliki pilihan berinteraksi
atau tidak berinteraksi dengan media massa.
3) Terdiri dari berbagai lapisan masyarakat
yang sangat heterogen.
4)
Tidak terorganisir dan bergerak sendiri.
4.
Budaya Massa
Komunikasi massa
berproses pada level budaya massa, sehingga sifat-sifat komunikasi massa sangat
dipengaruhi oleh budaya massa yang berkembang di masyarakat di mana proses
komunikasi itu berlangsung. Dengan
demikian, maka budaya massa dalam komunikasi massa memiliki karakter :
1)
Non tradisional.
2)
Bersifat
merakyat.
3) Budaya
massa memproduksi produk – produk massa.
4)
Budaya massa sangat berhubungan dengan
budaya populer sebagai sumber budaya massa.
5) Budaya massa diproduksi secara komersial.
6) Budaya massa diproduksi secara esklusif
menggunakan simbol – simbol kelas sosial.
5.
Fungsi Komunikasi Massa
a)
Fungsi
b)
Pengawasan.
c)
Fungsi Social Learning.
d) Fungsi
Penyampaian Informasi.
e)
Fungsi
Transformasi Budaya.
f)
Hiburan
6. Komunikasi Massa Sebagai Sistem Sosial
Komunikasi massa sebagai sistem sosial memiliki
komponen-komponen penting, yaitu:
a)
Narasumber.
b)
Publik.
c)
Media massa.
d) Aturan
hokum dan perundangan – undangan, norma – norma dan nilai – nilai, serta kode
etik yang mengatur pelaksanaan semua stakeholder komunikasi massa.
e)
Institusi samping yang tumbuh untuk member kontribusi
terhadap kegiatan komunikasi massa.
f)
Pihak – pihak yang mengendalikan berlangsungnya
kegiatan komunikasi massa.
g)
Unsur – unsur penunjang lain yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan komunikasi massa.
C. Peran Media Massa
a) Sebagai institusi pencerahan masyarakat,
yaitu perannya sebagai media edukasi.
b) Media Informasi yang setiap saat
menyampaikan informasi kepada masyarakat.
c) Media massa sebagai media hiburan.
BAB III
KESIMPULAN
Struktur
sosial merupakan ruang abstrak dalam masyarakat, sebagaimana ruang geografi
yang kita kenal dan lebih konkrit. Kalau dalam ruang geografi kita dapat
mempunyai alamat geografik (titik posisi atau lokasi kita berada), misalnya SMA
Negeri 3 Yogyakarta berlokasi di Jalan Yos Sudarso 7, Kaluarhan Kota
Baru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, maka demikian
jugalah di ruang sosial, maka di ruang sosial atau struktur sosial, kita pun
punya alamat sosial. Di manakan posisi SMA Negeri 3 Yogyakarta di ruang
sosial? Tergantung pada parameter apa yang kita gunakan, apakah nilai dan
norma, kelompok, status atau kelas sosial, atau kah lembaga sosial.
Proses
sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan
yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial
dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan
bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik
dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
0 Response to "Makalah Struktur & Proses Interaksi Sosial Serta Proses Komunikasi Dalam Masyarakat"