BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya berkomunikasi sangatlah
penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama berkomunikasi dalam keluarga.
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia setiap orang yang
hidup dalam masyarakat sejak bangun tidur sampai tidur lagi senantiasa terlihat
dalam komunikasi,bahkan sejak manusia di lahirkan sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya. Di dalam keluarga kita harus mengetahui dan memahami bagaimana
teknik dan hubungan komunikasi yang baik supaya dalam keluarga tidak terjadi
perselisihan antara satu dan yang lain. Maka dirasa sangat penting bagi kita
untuk tahu tentang bagaimana komunikasi keluarga yang benar.
Salah satu komunikasi adalah ditujukan untuk
menumbuhkan hubungan social yang baik.Manusia adalah makhluk social yang tidak
tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara
positif..kebutuhan social adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memusatkan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi,
pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection).
Kebutuhan social ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang
efektif. Bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal ia akan menjadi
agresif, senang berkhayal, “dingin”, sakit fisik dan mental, dan menderita
“flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya). Vance Packard
(1974).
Setiap kali kita melakukan komunikasi,
kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan; kita juga menentukan kadar
hubungan interpersonal – bukan hanya menentukan “content” tetapi juga
“relationship”.
Pandangan bahwa komunikasi
mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan Ruesch dan Bateson
(1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh
Waulawick, Beavin, dan Jackson (1967) dengan buku mereka Pragmatics of Human
Communication.Mereka melahirkan istilah baru untuk menunjukkan aspek hubungan
dari pesan komunikasi ini. Mereka menulis, “Every communication has a content
and a relationship aspect such tahat the latter classifies the former and is
therefore metacommunications” (1967: 154). Perlahan – lahan studi komunikasi
interpersonal bergeser dari isi pesan pada aspek relasional.
Gerarld R. Miller dalam kata pengantar
yang dituliskan untuk buku Explorations in interpersonal Communication
menyatakan:
Understanding
the interpersonal communication process demands an understanding of the
symbiotic relationship between communication and relational development:
communication influences relational, development, and in turn (simultaneously)
relational development influences the nature of communication between parties
to the relationship (Miller, 1976: 15).
(Memahami
proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara
komunikasi dengan perkembangan relasional: komunikasi memengaruhi perkembangan
rasiobal, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional
mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan
tersebut).
Dari segi psikologi komunikasi kita
dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpesonal makin terbuka orang
untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara
komunikan.
Jadi, Komunikasi yang efektif ditandai dengan
hubungan interpersonal baik.Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi
pesan kita dipahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak.
“komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan
interpersonal barangkali yang paling penting,” tulis Anita Taylor et
al.(1977:187). “banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja
bila ada hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas,
paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi
hubungan yang jelek.”
1.2 Persepsi
Interpersonal
Persepsi adalah pengalaman tantang
objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan.Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus
inderawi (sensory stimuli).
Ada
empat perbedaan antara persepsi objek
dengan persepsi interpersonal.
1. Pada
persepsi objek, stimulus ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda
fisik: gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagainya. Pada
persepsi interpersonal, stimulus mungkin sampai kepada kita melalui
lambing-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga.
2. Bila
kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat batiniah objek itu.
Pada persepsi interpersonal, kita mencoba memahami apa yang tidak tampak oleh
alat indera. Kita tidak hanya melihat perilakunya, kita juga melihat mengapa ia
berperilaku seperti itu. Kita mencoba memahami bukan saja tindakan, tetapi juga
motif tindakan itu. Dengan demikian, stimulus kita menjadi sangat kompleks.
Kita tidak akan mampu “menangkap” seluruh sifat orang lain dan berbagai dimensi
perilakunya.
3. Ketika
kita memersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita, kita pun tidak
memberikan reaksi emosional padanya. Dalam persepsi interpersonal,
factor-faktor personal anda, dan kerakteristik orang yang ditanggapi, serat
hubungan anda dengan orang tersebut menyebabkan persepsi interpersonal
cenderung untuk keliru.
4. Objek
relative tetap, manusia berubah-ubah. Manusia selalu berubah, perubahan ini
jika tidak membingungkan, akan memberikan informasi yang salah tentang orang
lain. Persepsi interpersonal menjadi mudah salah.
1.2.1 Pengaruh
Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal
·
Deskripsi Verbal
Kita melihat bagaimana
deskripsi verbal orang lain, petunjuk proksemik, kinesik, wajah paralinguistic,
dan artifaktual mengarahkan persepsi kita tentang pesona stimuli. Petunjuk
verbal bukan tidak berperan, yang dimaksud dengan petunjuk verbal ialah isi
komunikasi pesona stimuli, bukan cara. Misalnya orang yang menggunakan pilihan
kata kata yang tepat, mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan
pikiran yang dalam dan komperhensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang itu
cerdas dan terpelajar.
·
Petunjuk Proksemik
Proksemik adalah studi
tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan.Istilah ini dilahirkan oleh
antropolog intercultural, Edward T. Hall. Hall membagi jarak dalam empat corak:
jarak public, jarak social, jarak personal, dan jarak akrab. Kita menganggap
orang lain berdasarkan jarak yang dibuat orang itu dengan orang lain, atau
jarak yang dibuat orang itu dengan kita. Kita juga dapat menetapkan persepsi
kita dengan melihat caranya orang mengatur ruang.
·
Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)
Dalam bahasa Indonesia,
kita mempunyai beberapa ungkapan yang mencerminkan persepsi kita tentang orang
lain dari gerakan tubuhnya. Ungkapan-ungkapan itu, dengan persepsinya, antara
lain :
-
Membusungkan dada (sombong)
-
Menundukkan kepala (merendah)
-
Berdiri tegak (berani)
-
Bertopang dagu (sedih)
-
Menadahkan tangan (bermohon)
Beberapa peneliti telah
membuktikan persepsi yang cermat tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk
kinesik.Suatu eksperimen yang menggunakan gambar gambar kerangka (stick
figures) dengan berbagai gerak diperlihatkan pada subjek eksperimen.Persepsi
mereka tentang perasaan, sifat, dan sikap gambar itu hampir seragam.Petunjuk
kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang
yang menjadi stimulus (selanjutnya disebut persona stimulus- orang yang
dipersepsi; lawan dari persona penanggap).
·
Petunjuk Wajah
Petunjuk wajah pun
menimbulkan persepsi yang diandalkan.Cicero, tokoh retorika Romawi, berkata
“wajah adalah cerminan jiwa.”Di antara berbagai petunjuk nonverbal, petunjuk
facial adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan persona stimuli.
Ahli komunikasi nonverbal, Dale G. Leathers (1976: 21), menulis:
“wajah sudah lama
menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang
sangat penting dalam menyampaikan makna.Dalam beberapa detik ungkapan wajah
dapat menggerakkan kita ke puncak keputusasaan.Kita menelaah wajah rekan dan
sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka.pada
gilirannya, menelaah kita.”
·
Petunjuk Paralinguistik
Paralinguistic ialah
bagaimana cara orang mengucapkan lambing-lambang verbal. Jadi, jika petunjuk
verbal menunjukkan apa yang diucapkan, petunjuk paralinguistic mencerminkan
bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara,
gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau
obrolan).
·
Petunjuk Artifaktual
Petunjuk Artifaktual
meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik
yang dipakai, baju, tas, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya.
1.2.2 Pengaruh
Faktor-Faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal
besar pengaruhnya, bukan saja pada komunikasi interpersonal tetapi juga pada
hubungan interpersonal. Oleh karena itu, kecermatan persepsi interpersonal akan
sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita.
·
Pengalaman
Pengalaman memengaruhi
kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal.
Pengalaman kita bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
·
Motivasi
Di muka sudah
disebutkan tentang proses konstruktifyang mewarnai persepsi interpersonal.
Proses kontriktif sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
·
Kepribadian
Dalam psikoanalisis,
dikenal sebagai proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi
adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar.
1.3 Hubungan
Antarpribadi
Hubungan antarpribadi dapat dijelaskan
dengan mengidentifikasikan dua karakteristik penting. Pertama, hubungan antarpribadi berlangsung melalui
beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai sampai ke pemutusan
(dissolution). Kedua, hubungan antarpribadi berbeda-beda dalam hal keleluasan
(breadth) dan kedalamannya (depth).
1.3.1 Tahap-tahap
Hubungan Terbina
Kebanyakan hubungan, mungkin semua
berkembang melalui tahap-tahap (Knapp, 1984; Wood, 1982). Model lima tahap yang
disajikan dalam Gambar 1.1 menguraikan tahap-tahap penting dalam pengembangan
hubungan. Untuk setiap hubungan tertentu, anda mungkin perlu memodifikasi dan
merevisi model dasar ini.Tetapi, sebagai deskripsi umum tentang pengembangan
hubungan, tahap-tahap ini tampak cukup bersifat standar (Devito, 1986b).
Kelima tahap ini adalah kontak,
keterlibatan, keakraban, perusakan, dan pemutusan. Tahap-tahap ini
menggambarkan hubungan seperti apa adanya. Tahap-tahap ini tidak mengevaluasi atau
menguraikan begaimana seharusnya hubungan itu berlangsung.
Kontak.Pada tahap pertama kita membuat
kontak.Ada beberapa macam persepsi alat indera.Menurut beberapa periset, selama
tahap inilah dalam empat menit pertama interaksi awal.Anda memutuskan apakah
anda ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak.Pada tahap inilah penampilan
fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara
mudah.Meskipun demikian, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat,
kehangatan, keterbukaan, dan dinamisme juga terungkap pada tahap ini.Jika anda
menyukai orang ini dan ingin melanjutkan hubungan, anda beranjak ke tahap
kedua.
Keterlibatan. Tahap keterlibatan adalah
tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal
orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Jika ini adala hubungan yang
bersifat romantic, mungkin anda melakukan kencan pada tahap ini.
Keakraban.Pada tahap keakraban, anda
mengikat diri anda lebih jauh pada orang ini.Bisa jadi anda membina hubungan
primer (primary relationship), dimana seseorang menjadi sahabat baik atau
kekasih.Tahap ini hanya berlaku bagi sedikit orang.Jarang sekali orang
mempunyai lebih dari empat orang sahabat akrab, kecuali dalam keluarga.
Perusakan.Dua tahap berikutnya merupakan
penurunan hubungan, ketika ikatan di antara kedua belah pihak melemah.Pada
tahap perusakan anda mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting
yang anda pikirkan sebelumnya.jika tahap perusakan ini berlanjut, anda memasuki
tahap pemutusan.
Pemutusan.Tahap pemutusan adalah
pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.Jika bentuk ikatan itu adalah
perkawinan, pemutusan hubungan dilambangkan dengan perceraian, walaupun
pemutusan hubungan actual dapat berupa hidup terpisah.Adakalanya terjadi
perbedaan, kadang-kadang ketegangan dan keresahan makin meningkat.
1.4 Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai
dengan hubungan interpersonal yang baik, kegagalan komunikasi sekunder terjadi
bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikasi menjadi
rusak.“ komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi
hubungan interpersonal barangkali yang paling penting,” tulis Anita Taylor et
al.(1977:187). “Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja
bila ada hubungan baik di antara komunikan.Sebaliknya, pesan yang paling jelas,
paling tegas, paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi
hubungan yang jelek.”
Pandangan bahwa
komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan Ruesch dan
Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan
komunikasi oleh Watzlawick, Beavin, dan Jackson(1967) dengan buku mereka
Pragmatics of Human Communication.
Psikolog pun mulai
menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada
tulisan Fordon W.Allport (1960), Erich Fromm (1962), Martin Buber (1957), Carl
Rogers (1951).Semua mewakili mazhab psikologi humanistic. Belakangan Arnold
P.Goldstein (1975) mengembangkan apa yang disebut sebagai
“relationship-enchancement methods” (metode peningkatan hubungan) dalam
psikoterapi. Lame rumuskan metode ini tiga prinsip : makin baik hubungan
interpersonal,
1)
Makin terbuka
pasien mengungkapkan perasaannya,
2)
Makin cenderung
ia meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog), dan
3)
Makin cenderung
ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasihat yang diberikan
penolongnya.
1.4.1Tahap- Tahap Hubungan Interpersonal
Apapun
teori hubungan interpersonal yang dianut, pasti memiliki kesamaan dalam
melibatkandan membentuk kedua belah pihak. Tiga psikolog terkenal R.D.
Laing, H. Phillipson, A.R Lee-mengungkapkan bila permainan peranan berlangsung
sesuai dengan yang diharapkan, dan terjadihubungan yang komplementer, hubungan
tersebut akan diteruskan, dipertahankan, dan diperkokoh.Sebaliknya, bila
terjadi hubungan yang hanya membuat kepedihan, dan ada hubungan bersilang
(sepertiOrang dewasa kepada Anak), maka individu cenerung akan mengakhiri
hubungan interpersonalnya.
a. Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi
dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan,
mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang
dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap
perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis;
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek);
c) rencana yang akan datang;
d) kepribadian;
e) perilaku pada masa lalu;
f) orang lain;
g) hobi dan minat.
Tidak
selalu informasi itu diperoleh dari komunikasi verbal.Seseorang dapat membentuk
kesandari proksemik, kinesik, paralinguistic, dan artifaktual. Caranya ia
mempertahankan jarak, gerak tangandan lirikan matanya, intonasi suara, dan
pakaian yang dikenakannya akan membentuk kesan pertama.Kesan pertama ini amat
menentukan apakah hubungan interpersonal harus diakhiri atau diperteguh.
b. Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu:
·
Keakraban
merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan
terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang
diperlukan. Keakraban Menurut Arygle, jika A menggunakan teknik sosial seperti
berdiri lebih dekar, melihat lebih sering, dan tersenyum lebih banyak dari B,
maka B akan mengangap A lebih agresif dan terlalu akrab, sedangkan A akan
merasakan B bersikap lebih acuh tak acuh dan sombong.
·
Kesepakatan
adalah kesepakatan siapa yang akan mengontrol. Jika A dan B memiliki
kesepakatan diantara mereka siapa yang lebih banyak berbicara, atau berargumen,
maka akan tercipta komunikasi yang baik. Konflik biasanya terjadi, bila
masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang ingin mengalah.
·
Ketepatan
respons artinya, respons A harus diikuti oleh respons B dengan sesuai. Sebagai
contoh, dalam percakapan A bertanya maka B menjawab, A membuat lelucon maka B
tertawa. Respon bukan saja di berikan dalam bentuk verbal saja, melainkan dalam
bentuk non verbal. Misalnya, jika pembicaraan A yang serius dijawab B dengan
bercanda, atau A menampakan mimik wajah yang bersungguh-sungguh tetapi B
menunjukkan mimik yang tidak percaya, maka akan terjadi keretakan hubungan
interpersonal antara A dan B.
Dalam
konteks ini, respon dapat dibagi kedalam dua kelompok: konfirmasi dan
diskonfirmasi (Tubbs dan Moss, 1974: 259-298). Konfirmasi akan memperteguh
hubungan interpersonal, sebaliknya diskonfirmasi akan merusak hubungan
interpersonal. Respon pertama adalah konfirmasi dan respon kedua adalah
diskonfirmasi.
·
Faktor
terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana
emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi
interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi
interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan
mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
c. Pemutusan Hubungan Interpersonal
Menurut
R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima
sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
·
Kompetisi
adalah bila seseorang berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang
lain; misalnya menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan
orang lain.
·
Dominasi
adalah bila seseorang berusaha mengendalikan pihak lain demi kepentingan
pribadinya, sehingga orang itu merasa
hak nya dilanggar.
·
Kegagalan
adalah bila masing-masing berusaha menyalahkan satu sama lain apabila tujuan
tidak dapat tercapai.
·
Provokasi
adalah bila seseorang terus menerus menyinggung perasaan orang lain, walaupun
ia tahu bahwa orang yang ia singgung itu tidak suka.
·
Perbedaan
nilai adalah bila kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang dianut.
1.4.2 Faktor – Faktor Yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal
Pola-pola
komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan
interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan
komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang
menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana
komunikasi itu dilakukan.
1. Percaya (trust)
Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, Faktor percaya
adalah paling penting.Percaya didevinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dalam
situasi yang penuh resiko.
Ada 3 Unsur percaya :
a.
Ada
situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada
seseorang, ia akan menghadapi resiko. Resiko itu dapat berupa kerugiaan yang
anda alami.
b.
Faktor
yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa
akibat-akibatnya bergantung kepada orang lain.
c.
Orang
yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap
percaya:
a.
Karakteristik
dan maksud orang lain. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang yang
dianggap memiliki kemampuan, keterampilan atau pengalaman dalam bidang
tertentu.
b.
Hubungan
kekuasaan. Percaya apabila orang-orang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain.
c.
Sifat
dan kualitas komunikasi. Bila komunikasi bersifat terbuka, bila maksud dan
tujuan sudah jelas, ekspektasi sudah dinyatakan maka akan tumbuh sikap percaya.
Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan
sikap percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling
percaya :
a.
Menerima
adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tampa menilai dan berusaha
mengendalikan. Menerima adalah sikap melihat orang lain sebagai manusia,
sebagai individu yang patut dihargai.
b.
Empati
adalah memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosinal bagi kita,
sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi
orang lain siap mengalami suatu emosional.
c.
Kejujuran
adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Kejujuran mengakibatkan
perilaku kita dapat diduga, ini mendorong orang-orang untuk percaya pada
kita.
2. Sikap suportif
Sikap
yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersifat defensif bila
ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas dengan sikap
defensif komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang defensif akan lebih
banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi
ketimbang memahami pesan orang lain.
Perilaku Defensif dan Suportif dari Jack Gibb
:
a.
Evaluasi
dan Deskripsi. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain, memuji atau
mengancam. Deskripsi artinya penyampaian pesan dan persepsi antara tampa
menilai.
b.
Control
dan Orientasi Masalah. Perilaku kontrol adalah berusaha untuk mengubah orang
lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan
tindakannya.
c.
Strategi
dan spontanitas. Stategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
mempengaruhi orang lain.
d.
Netralitas
dan Empati. Netralitas berarti sikap inpersonal memperlakukan orang lain tidak
sebagai persona, melainkan sebagi objek.
e.
Superioritas
dan Persamaan. Superioritas berarti sikap menunjukkan anda lebih tinggi atau
lebih baik dari pada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan
intelektual, kekayaan atau kecantikan.
f.
Kepastian
dan Provisionalisme. Orang yang memiliki kepastian berarti memiliki dogmatis,
keinginan menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang
tidak dapat diganggu gugat
3. Sikap Terbuka
Sikap
terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
yang efektif.Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme.Menurut Brooks dan
Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), terdapat beberapa karakteristik sikap
terbuka dan dogmatis, yaitu:
Tabel Karakteristik sikap terbuka dan dogmatis
Sikap Terbuka
|
Sikap Tertutup
(dogmatis)
|
||
1.
|
Menilai pesan
secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika
|
1.
|
Menilai pesan berdasarkan
motif-motif pribadi
|
2.
|
Membedakan dengan
mudah, melihat nuansa, dsb
|
2.
|
Berpikir
simplisitis, artinya berpikir kitam-putih (tanpa nuansa)
|
3.
|
Berorientasi pada
isi
|
3.
|
Bersandar lebih
banyak pada sumber pesan daripada isi pesan
|
4.
|
Mencari informasi
dari berbagai sumber
|
4.
|
Mencari informasi
tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri, bukan dari sumber
kepercayaan orang lain
|
5.
|
Lebih bersifat
provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya
|
5.
|
Secara kaku
mempertahankan dan memegang teguh sistem kepercayaannya
|
6.
|
Mencari
pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya
|
6.
|
Menolak,
mengabaikan, mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan sistem
kepercayananya
|
Karakteristik orang yang dogmatis atau
bersikap tertutup :
a.
Menilai
pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan logika
suatu proposisi, ia lebih banyak melihat dan membaca sejauh mana proposisi itu sesuai dengan
dengan dirinya. Argumentasi yang obyektif, logis, cukup bukti akan ditolak
mentah-mentah. “Pokoknya aku tidak percaya” begitu sering diucapkan orang
dogmatis. Setiap pesan akan dievaluasikan berdasarkan desakan dari dalam
diri individu (inner pressures). Rokeach menyebut desakan ini, antara
lain, kebiasaan, kepercayaan, petunjuk perseptual, motif egoirasional, hasrat berkuasa, dan kebutuhan untuk membesarkan diri. Orang
tua dogmatis sukar menyesuaikan dirinya
dengan perubahan lingkungan.
b.
Berpikirnya
simplistis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dan putih, tidak ada
kelabu. Ia tidak sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah, yang
tengah-tengah. Baginya kalau tidak salah, ya benar. Tidak mungkin ada bentuk
antara. Dunia dibagi dua: yang pro-kita dimana segala kebaikan terdapat, dan
kontra-kita dimana segala kejelekan berada.
c.
Berorientasi
pada sumber. Bagi orang dogmatis yang paling penting ialah siapa yang
berbicara, bukan apa yang dibicarakan. Ia terikat sekali pada otoritas yang
mutlak. Ia tunduk pada otoritas, karena seperti umumnya orang dogmatis ia
cenderung lebih cemas dan mempunyai rasa tidak aman yang tinggi.
d.
Mencari
informasi ia akan mencari dari sumber-sumbernya sendiri. Orang-orang dogmatis
hanya mempercayai sumber informasi mereka sendiri. Mereka tidak akanmeneliti
tentang orang lain dari sumber yang lain. Pemeluk aliran agama yang dogmatis
hanya mempercayai penjelasan tentang keyakinan aliran lain dari sumber-sumber yang terdapat pada aliran yang dia
anut.
e.
Secara
kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya. Berbeda dengan orang
terbuka yang menerima kepercayaannya secara provisional, orang dogmatis
menerima kepercayaannya secara mutlak. Orang dogmatis kuatir, bila satu
butir saja dari kepercayaanya yang berubah, ia akan kehilangan seluruh dunianya.
Ia akan mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaanya sampai titik
darah penghabisan.
f.
Tidak
mampu membiarkan inkonsistensi. Orang dogmatis tidak tahan hidupdalam
suasana inkonsisten. Ia menghindari kontradiksi atau benturan gagasan. Informasi yang tidak konsisten dengan desakan dari
dalam dirinya akan ditolak, didistorsi, atau tidak dihiraukan sama sekali.
Agar
komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal
yang efektif, dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka.Tentu,
bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap sportif.Sikap terbuka mendorong
timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan –yang paling penting-
saling mengembangkan kualitas hubungan kita sendiri.
1.4.3 Faktor – faktor personal yang
Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
Orang – orang yang memiliki kesamaan dalam
nilai nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis,
cenderung saling menyukai. Reader dan englosh mengukur kepribadian subjek –
subjeknya dengan rangkaian tes kepribadia. Diketemukan, mereka yang bersahabat
menunjukan korelasi yang erat dalam kepribadiannya . penelitian tentang
pengaruh kesamaan ini banyak dilakukan dengan berbagai kerangka teori.
Menurut
teori Cognitive Consistency dari Fritz Heider, manusia selalu berusaha mencapai
konsisten dalam sikap dan perilakunya. Kata Heider, “…kita cenderung menyukai
orang, kita ingin mereka memilih sikap yang samadengan kita, dan jika kita
menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita.”
Asas
kenyamaan ini pada kenyataan bukanlah satu – satunya determinan atraksi.
Atraksi interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan
interaksi di antara individu . walaupun begitu, bagi komunikator , lebih tepat
untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan diantara semua peserta
komunikasi.
Tekanan
emosional ( stress )
Schachter
menyimpulkan bahwasituasi penimbul cemas meningkatkan kebutuhan akan kasih
sayang. Orang – orang yang pernah mengalami penderitaan bersama – sama akan
membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi. Ada orang menafsirkan penelitian
ini lebih lanjut.
Harga
diri yang rendah
Menurut
wlster dalam jalaluddin rakhmat ( 2011 ) bila harga diri seseorang direndahkan
, hasrat afiliasi ( bergabung dengan orang lain ) bertambah, dania makin
responsive untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri
cenderung mudah mencintai orang lain.
Isolasi
social
Manusia
adalah makhluk social . manusia mungkin tahan dengan hidup terasing untuk beberapa
waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi social merupakan pengalaman yang
tidak enak . beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosisal
sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita kepada orang lain.
1.4.4 Faktor – Faktor Situasional yang
Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
Adapun
faktor – faktor yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal, yaitu :
Daya
Tarik fisik ( Physical attractiveness )
Dalam
beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi
penyebab utama atraksi personal . orang – orang yang berwajah cantik dan
ganteng cenderung mendapat penilaian yang baik dan dikatakan mempunyai sifat –
sifat yang baik.
Ganjaran
( Reward )
Kita
cenderung menyenangi orang yang member ganjaran pada kita, ganjaran itu berupa bantuan,
dorongan moral, pujian, atau hal – hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita
akan menyukai orang yang menyukai kita.
Familiarity
Artinya
sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Prinsip familiarity
dicerminkan dalam peribahasa Indonesia , “ kalau tak kenal maka tak sayang “.
Jika kita sering berjumpa dengan seseorang asal tidak hal lain kita akan
menyukainya.
Kedekatan
Erat
kaitannya dengan familitary adalah kedekatan. Orang cenderung menyenangi mereka
yang berdekatan dengannya, baik rumah, tempat tidur, tempat duduk dan
sebagainya. Bahwa orang yang berdekatan tempatnya saling menyukai, sering
dianggap hal yang biasa. Dari segi psikologis, ini hal yang luar biasa ,
bagaimana tempat yang kelihatannya netral mampu mempengaruhi tatanan psikologi
manusia.
1.4.5
Konsep Diri
Williarn
D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “ those physical, social and physicological perceptions of ourselves
that we have derived from experiences and our interaction with other “. Jadi
konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi
tentang diri ini boleh bersifat psikologi, social, dan fasis. Ada dua komponen
konsep diri : komponen kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi social,
komponen kognitif disebut citra diri ( self image ) , dan komponen afektif
disebut harga diri ( self esteem ). Keduanya berpengaruh besar pada pola
komunikasi interpersonal kita akan meneliti lebih dahulu faktor – faktor yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri.
1.4.5.1 faktor
– faktor yang mempengaruhi konsep diri
Orang Lain
Kita mengenal diri
kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu. Bagaimana anda menilai diri
sendiri, akan membentuk konsep pada diri sendiri. Tidak semua orang lain
mempunyai pengaruh yang sama terhadap kita. Ada yang paling berpengaruh yaitu
orang yang paling dekat dengan kita. Memandang diri kita seperti orang – orang
lain memandangnya, berarti mencoba menempatkan dirikita sebagai orang lain.
Kelompok rujukan
Dalam pergaulan
bermasyarakat kita pasti menjadi anggota kelompok. Setiap kelompok mempunyai
norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan
berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Ini disebut kelompok
rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkannya perilakunya dan
menyesuaikan dirinya dengan ciri – ciri kelompoknya.
1.4.5.2 Pengaruh
konsep diri pada komunikasi intrapersonal
Nubuat yang dipenuhi sendiri
Konsep diri merukapan faktor yang sangat menentukan dalam
komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedpat mungkin
sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan bertingkah laku dengan konsep diri
disebut sebagai nubuat yang dipengaruhi diri sendiri. Suksesnya komuniakasi
interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri , positif atau
negative. Sebagai peminat komunikasi sebaiknya kita mampu mengidentifikasi
tanda – tanda konsep diri yang positif dan negative.
Membuka diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi,
dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih
dekta pada kenyataan. Bila konsep diri seusai dengan pengalaman kita, kita akan
lebih terbuka untuk menerima pengalaman – pengalaman dan gagasan gagasan baru ,
lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memangdang diri
kita dan orang lain.
Percaya diri
Keinginan untuk menutup diri , selain konsep diri yang
negative, timbul dari kekurangannya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang
yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengtasi
persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin
menghindari situasi komunikasi. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal
sebagai communication apprehension, orang yang apprehensive dalam komunikasi
akan menarik diri dari pergaulan ,berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan
hanya akan berbicara apabila terdesak saja.
Selektivitas
Kalau konsep diri anda negative, anda cenderung
mempresepsikan hanya reaksi – reaksi negative pada diri anda. Bila anda merasa
diri sebagi orang bodoh , andatidak akan memerhatikan penghargaan orang pada
karya anda .
1.5 Teori Dan Model
Komunikasi Antarpribadi
1. Teori-teori
Diri dan Orang Lain
Pribadi
adalah individu yang berbeda satu dengan lainnya.Perbedaan tersebut menyebabkan
orang mengenal individu secara khas dan membedakannya dengan individu lainnya.
Kualitas individu menentukan kekhasannya dalam hubungannya dengan individu
lain, dan kekhasan tersebut akan menentukan kualitas komunikasinya.
a. Persepsi
terhadap Diri Pribadi (Self Perceptions)
Langkah pertama dalam persepsi diri
adalah menyadari diri kita sendiri, yanitu mengungkapkan siapa dan apa kita
ini, dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga persepsi diri.
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna
terhadap orang atau objek tertentu, proses ini dikenal sebagai persepsi. Dengan
mengutip Cohen, Fisher (1987:118), Sendjaja, 2002:2.13) dikemukakan bahwa
perseps didefinisikan sebagai interprestasi terhadap berbagai sensasi sebagai
representasi dari objek – obejek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan
tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita. Definisi ini melibatkan
sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses
antarpribadi. Kemudian Sandjaja mengatakan bahwa :
Pertama, satu tindakan mensyaratkan
kehadiran objek-objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Dalam
hal persepsi terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal bisa
jadi kurang nyata, tetapi keberadaannya jelas dapat dirasakan.
Kedua, adanya informasi untuk
diinterprestasikan informasi yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang
diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki. Ketiga, menyangkut sifat
representasi dari pengindraan. Maksud, kita dapat mengartikan makna suatu
persepsi bukanlah tentang apakah suatu objek, melainkan apa yang tambak sebagai
objek tersebut. Oleh karenanya, persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai
apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Dengan demikian, maka persepsi
diri perlu otokoreksi karena bisa jadi persepsi kita tentang diri kita adalah
sebuah tipu muslihat yang diciptakan oleh proses persepsi individu tentang
dirinya sendiri (yang salah).
b. Kesadaran
Pribadi (Self Awareness)
Memahami tentang diri sendiri
bagaikan kita berkacakan cermin, bahwa apa yang dilihat adalah wajah kita
sebenarnya. Ketika sesorang menyadari siapa dirinya secara simultan ia juga
telah mempresepsikan dirinya sendiri, pertama kali orang harus memahami apakah
diri atau self (nya) tersebut. “diri” secara sederhana dapat ditafsirkan
sebagai identitas individu. Dengan demikian, identitas diri adalah cara – cara
yang digunakan orang yang membedakan individu satu dengan individu-individu
lainnya. Karena itu, “diri” adalah suatu pengertian yang mengacu kepada
identitas spesifik seseorang.
c. Pengungkapan
Diri (Self Disclosure)
Self Disclosure atau proses pengungkapan
diri yang telah lama menjadi focus penelitian dan teori komunikasi mengenai
hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang
lain dan sebaliknya. Sidney Jourard (1971, Sendjaja, 2001:2.141) menandai sehat
atau tidaknya komunikasi pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi di
dalam komunikasi.Mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang
sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
Joseph Luft (Reardon, 1987: 163,
Sendjaja, 2002), mengemukakan teori Self Disclosure lain yang didasarkan pada
model interaksi manusia, yang disebut Johari Window. Menurut Luft, orang
memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan
tidak diketahui siapa pun.
Jika komunikasi antara dua orang
berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi
mengenai diri masing-masing ke dalam kuandran “keterbukaan”. Meskipun self
disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada
batasnya. Artinya, perlu kita pertimbangakan kembali apakah menceritakan segala
sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positf bagi
hubungan kita dengan orang tersebut. Beberapa peneliti menunjukkan, bahwa
keterbukaan yang ekstrem akan memberikan efek negative terhadap hubungan
(Littlejohn, 1939:161).
2. Teori
Hubungan Antapribadi (Interpersonal Relationship)
a. Memahami
Hubungan Antarpribadi
Di dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk
kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antarpribadi itu mampu memberi
dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman
informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang memengaruhi citra diri
orang serta membantu orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.
Komunikasi antarpribadi dalam
keluarga dan tempat kerja yang penuh ketegangan, bisa jadi meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk terserang stroke, hipertensi, dan berbagai penyakit
lainnya.Sebaliknya pasangan suami istri yang saling mencintai dan mereka yang
memiliki jaringan teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari
hipertensi.Uraian ini menunjukkan, bahwa manusia tidak dapat menghindar dari
jalinan hubungan dengan sesamanya. Kita memiliki kadar yang berbeda dalam
membutuhkan orag lain, demikian pula mengenai nilai penting kuantitas dan
kualitas hubungan antarpribadi. Meskipun demikian, secara pasti dapat dikatakan
bahwa kita memerlukan hubungan antarpribadi. Bagian berikut akan membahas
teori-teori mengenai pengembangan, pemeliharaan, dan mengakhiri hubungan
(Reardon, 1987: 159, Sendjaja, 2001:2.39).
b. Teori
– teori pengembangan hubungan
Pemahaman mengenai hubungan
merupakan suatu aspek penting dari studi tentang komunikasi antarpribadi,
karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi.Para ahli mencoba
untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan berakhir.
1. Self
Disclosure
Proses pengungkapan diri (self disclosure) adalah
proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau
sebaliknya. Pemngungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan
keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya.Proses pengungkapan diri
dilakukan dalam dua bentuk.
a. Dilakukan
secara tertutup
Yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada
orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana
ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi
pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri semacam ini jarang dipahami
orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang yang melakukan
pengungkapan diri itu.
b.
Dilakukan
secara terbuka
Keterbukaan diri
bersifat resiprokal ( timbal balik ), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan
kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan
keterbukaan ini bersifat timbale balik . akan tetapi semakin dalam wilayah yang
pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat
pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
2. Social
Penetration
Altman dan Taylor (1973, Sendjaja,
2002: 2.42) mengemukakan suatu model perkembangan hubungan yang disebut social
penetration atau penetrasi social yaitu proses dimana orang saling mengenal
satu sama lainnya. Model ini selain melibatkan self disclosure juga menjelaskan
bagaimana harus melakukan self disclosure dalam perkembangan hubungan.Penetrasi
social merupakan prses yang bertahap, dimulai dari komunikasi basa basi yang tidak
akrab dan terus berlangsung hingga menyangkut topic pembicaraan yang lebih
pribadi dan akrab, seiring dengan berkembangnya hubungan.
3. Process
View
Process View menganggap bahwa
kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan menggunakan atribut
masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi.
Hubungan intensif antara orang-orang dalam kelompok primer dapat menyebabkan
lahirnya process view.Jadi, umpamanya suami istri memahami perilaku
masing-masing, istri memahami makna senyum suami, sedangkan suami juga memahami
kerutan istri.Namun pemaknaan makna itu berhubungan secara spesifik dengan
objek tertentu. Jadi umpamanya pemahaman istri terhadap senyuman suami itu
ketika suami menyentuh istri, begitu pula pemaknaan suami terhadap senyum istri ketika berada di
toko pakaian. Atribut yang sama yaitu “senyuman”, namun memiliki makna yang
berbeda apabila dilakukan oleh orang dan objek serta situasi yang berbeda.
Process view membutuhkan waktu dalam memahami atribut-atribut yang digunakan di
antara orang-orang dalam kelompok primer itu.
4. Social
Exchange
Teori ini menelaah bagaimana
kontribusi seseorang dalam suatu hubungan, dimana hubungan itu memengaruhi
kontribusi orang lain. Thibaut dan Kelly, (Sendjaja, 2002: 2.43) pencetus teori
ini, megemukakan bahwa orang mengevaluasi hubungannya dengan orang lain dengan
mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan
upaya yang telah dilakukan, orang yang memutuskan untuk tetap tinggal dalam
hubungan tersebut atau pergi meninggalkannya. Ukuran bagi keseimbangan
pertukaran antara untung dan rugi dalam hubungan dengan orang lain itu disebut
comparison levels, dimana apabila orang mendapatkan keuntungan dari hubungan
dengan orang lain, maka orang akan merasa puas dengan hubungan itu.
Sebaliknya, apabila orang merasa
rugi berhubungan dengan orang lain dalam konteks upaya dan ganjaran, maka orang
cenderung menahan diri atau meninggalkan hubungan tersebut. Biasanya dalam
konteks hubungan ini, seseorang memiliki banyak alternatifyang dapat diberikan
dalam model pertukaran social dimana pilihan-pilihan dan alternative tersebut
memiliki ukuran yang dapat ditoleransi seseorang dengan mempertimbangkan
alternatif-alternatif yang dia miliki.
Selain model diatas ada sejumlah
model untuk menganalisis hubungan interpersonal seperti yang di ikhtisarkan
oleh Goleman dan Hammen (1974: 224 231) terdapat empat buah model:
1. Model
pertukaran social (social exchange model)
2. Model
peranan (role model)
3. Model
permainan (the “games people play” model)
4. Model
interaksional (interactional model)
Model Pertukaran Sosial
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapka sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Model ini sama seperti halnya yang diungkapkan oleh Thibaut dan
Kelley di sudah dijelaskan diatas dimana mereka mengatakan bahwa empat konsep
pokok dalam teori ini adalah ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan.
-
Ganjaran ialah setiap akibat yang
dinilai postif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa
uang, penerimaan social, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai
suatu ganjaran berbeda beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan
antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
-
Biaya adalah akibat yang dinilai
negative, yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu,
usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi kondisi lain
yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan
efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah ubah
sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.
-
Hasil atau laba adalah ganjaran
dikurangi biaya. Bila seorang indovidu merasa dalam suatu hubungan
interpersonal bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari
hubungan lain yang mendatangkan laba.
-
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran
baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu
pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada masa
lalu atau alternative hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu,
seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat
perbandingannya turun. Makin bahagia seseorang pada hubungan interpersonal
sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya yang berarti makin sukar untuk
memeroleh hubungan interpersonal yang memuaskan.
Model
Peranan
Model peranan memandang hubungan
interpersonal sebagai panggung sandiwara.Di sini setiap orang harus memainkan
peranannya sesuai naskah yang telah dibuat di masyarakat.Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan
(role expectation) dan tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan
peranan (role skills), dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan
peranan.
Ekspektasi peranan mengacu pada
kejiwaan, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dengan kelompok.
Guru diharapkan berperan sebagai pedidik yang bermoral dan menjadi contoh yang
baik bagi murid-muridnya.
Tuntutan peranan adalah desakan
social yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan
kepadanya.Desakan social dapat berwujud sebagai sanksi social dan dikenakan
bila individu menyimpang dari peranannya.
Keterampilan peranan adalah
kemampuan memainkan peranan tertentu.Kadang-kadang disebut juga kompetensi
social (social competence).Disini, sering dibedakan antara keterampilan
kognitif dan keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjukkan kemampuan
individu untuk memersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya –
ekspektasi peranan. Keterampilan tindakan menunjukkan kemampuan melaksanakan
peranan sesuai dengan harapan harapan ini. Dalam kerangka kompetensi social,
keterampilan peranan juga tampak pada kemampuan “menangkap” umpan balik dari
orang lain sehingga dapat menyesuaikan pelaksanaan peranan sesuai dengan
harapan orang lain. Hubungan interpersonal amat bergantung pada kompetensi
social ini.
Konflik peranan terjadi bila
individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang
kontradiktif, misalnya seorang bapak yang berperan juga sebagai polisi untuk
menangani perkara anaknya, atau wanita muda yang memainkan peran istri, ibu,
dan pengacara sekaligus.Atau bila individu merasa bahwa ekspektasi peranan
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya dan konsep diri yang
dimilikinya.Agak dekat dengan konflik peranan ialah kerancuan peranan.Ini
terjadi bila individu berhadapan dengan situasi ketika ekspektasi peranan tidak
jelas baginya.
Model
Permainan
Model ini bersal dari psikiater
Erie Berne (1964, 1972) yang menceritakannya dalam buku Games People
Play.Analisinya kemudian dikenal dengan analisis transaksional.Dalam model ini,
orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan.Mendasari permainan ini
adalah tiga bagian kepribadian manusia – orang tua, orang dewasa, dan anak
(parent, adult, child).Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi
dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap
orang tua kita.Orang dewasa adlah bagian kepribadian yang mengolah informasi
secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan
masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar.Anak
adlah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak
dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
Dalam hubungan interpersonal, kita
menampilakam salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, orang dewasa, anak)
dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
Model
Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu system. Setiap system memiliki sifat-sifat
structural, integrative, dan medan. Semua system, terdiri dari
subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sebagai satu
kesatuan.Untuk memahami system kita harus melihat struktur.Selanjutnya semua
system mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan satu
kesatuan.
Hubungan interpersonal dapat
dipandang sebagai system dengan sifat-sifatnya.Untuk menganalisanya kita harus
melihat pada karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat
kelompok, dan sifat-sifat lingkungan.Setiap hubungan interpersonal harus
dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan
peranan, serta permainan yang dilakukan.Dengan singkat, model interaksional
mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
BAB
II
DESKRIPSI
KASUS
2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah orang-orang secara terus
menerus atau seing tingal bersama anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek,
saudara laki-laki dan saudara perempuan, bahkan pembantu rumah tangga.Diantara
mereka ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara anak
termasuk masalah pendidikan anak.Keluarga adalah unit social terkecil yang
memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak.Sedangkan lingkungan sekitar
dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak.Karena itu, baik
buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau
buruknya pertumbuhan kepribadian anak.Hal ini disebabkan karena keluarga
merupakan lingkungan pertama yang berhubungan dengan kegiatan individu sejak
lahir sampai dewasa.Dalam rentang kehidupan individu, keluarga mempunyai
peranan penting terhadap seluruh aspek kepribadian.
Sebagai lingkungan yang menentukan
sebagian besar sikap kepribadian dan perilaku anak, jelas dapat diperkirakan
bahwa keluarga mempunyai berbagai fungsi yang sangat dominan memperngaruhi
perkembangan anak. Singgih D. Gunarsa dalam bukunya “psikologi untuk keluarga”
menyatakan bahwa keluarga tidak hanya berfungsi
terbatas selaku penerus kebutuhan saja, melainkan banyak fungsi-fungsi
lain yang diperankan sehingga banyak hal-hal mengenai kepribadian anak dapat
dirunut dari keluarga. Secara hakikat, keluarga memiliki delapan fungsi yang
harus dipernkan secara lengkap agar dapat membentuk kepribadian anak yang baik dan berbudi pekerti luhur. Delapan fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungsi
keagamaan, yang dapat diwujudkan dalam bentuk keimanan dan aplikasinya dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Fungsi
social budaya, yang mencerminkan dari sikap saling menghargai dan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat serta Negara.
3. Fungsi
cinta kasih, tercermin dalam kehidupan yang harmonis, rukun dan bertanggung
jawab.
4. Fungsi
melindungi yang menumbuhkan rasa aman dan kehangatan yang tiada batas bandingan
baik lahir maupun batin.
5. Fungsi
reproduksi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang
direncanakan untuk menyumbang kesejahteraan umat manusia.
6. Fungsi sosialisasi/pendidikan yang dapat diukur dari
kemampuan membaca dan menulis serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan
keluarga.
7. Fungsi
ekonomi yang daoat diwujudkan dalam bentuk mempunyai mata pencaharian dan hidup
berkecukupan.
8. Fungsi
pembinaan lingkungan yang diwujudkan keluarga yang mampu menempatka diri secara
selaras dan seimbang dalam keadaan yang berubah secara dinamis.
Namun perlu disadari bahwa akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntuntan zaman serta pengaruh
budaya barat yang liberal yang telah menyebabkan keluarga tidak dapat
memerankan fungsinya sebagaimana proporsi yang sebenarnya dengan skala
prioritas yang pas.Pada saat-saat sekarang ini, banyak fungsi-fungsi keluarga
yang sudah melemah dan sering dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan
perkembangan lingkungan seorang anak sering dilepaskan dan bahkan dipisahkan
dengan masalah keluarga. Hal-hal semacam inilah yang sering menimbulkan masalah
social karena kehilangan pijakan.Keluarga sudah sering kehilangan
peranannya.Lihat saja, betapa komunikasi yang hangat antara ayah, ibu dan
anak-anak semakin menghilang.
Semua fungsi yang diuraikan di atas
bertujuan untuk menciptakan harmonisasi keluarga keharmonisan keluarga
merupakan sarana pembentuk karakter dan kepribadian anak. Oleh sebab itu,
keluarga yang memiliki latar belakang yang baik akan mampu membimbing dan
mengarahkan anaknya kea rah yang mereka cita-citakan. Demikian pula sebaiknya
keluarga yang tidak baik atau tidak harmonis akan sulit untuk membimbing anak
mereka menjadi yang terbaik bagi masas depannya.
Komunikasi adalah salah satu hal yang
sangat penting dalam memelihara keharmonisan keluarga.Adi J. Mustafa (2008)
mengungkapkan bahwa sering masalah muncul di dalam sebuah keluarga karena
terjadi tersendatnya komunikasi. Komunikasi yang macet akan membuat segala
tujuan di dalam keluarga tersebut gagal tercapai. Karena setiap pihak akan
melakukan tindakannya sendiri-sendiri tanpa memperdulikan kepentingan atau
keterlibatan anggota keluarga menjadi tidak sehat. Masing-masing anggota
keluarga seperti ayah, ibu dan anak-anak akan cendering mempertahankan egonya
dan membela diri. Pada satu sisi bahkan menyerang satu sama lain, sebut saja
saling menyalahkan setiap ada permasalah di dalam keluarga. Untuk itu
diperlukan adanya saling menyayangi.
2.2 Peran Ayah dan Ibu
2.2.1
Peran
Ayah (suami)
Achmad (2007) dalam bukunya Rumah Tangga Sakinah menerangkan bahwa
pemenuhan kebutuhan nafkah keluarga berupa sandang, pangan dan papan beada di
pundak suami.Suami pun bertindak sebagai partner
istrinya dalam hal urusan rumah tangga lainnya, bahu membahu dengan
istri.Kesibukan diluar rumah tidak dapat dijadikan alasan ketidakhadirannya
dalam ritme rumah tangga. Suami harus proaktif dalam peran menjadi seorang
ayah, teman curhat keluarga, tempat berlabuhnya istri dan anak, pemenuhan akan
cinta, kasih sayang, perhatian, ilmu serta secara bersamaan mendidik dan
menjadi contoh.
2.2.2
Peran
Ibu (Istri)
Istri adalah partner suami, menjadi
istri adalah posisi terhormat, namun kehormatan itu akan tercorenga manaka
istri tidak bisa menjaganya. Posisi sentral kepemimpina ibu ada di dalam
keluarga.Seorang ibu merupakan guru informal bagi anaknya.Karenanya ibu
diharapkan memiliki komitmen yangkuat, memiliki wawasan ilmu pengetahuan secara
global, serta siap menjadi teman yang baik bagi keluarganya.Ada pun aktualisasi
diri di luar rumah merupakan ekspresi tanggunga jawabnya dalam menuntut ilmu
tanpa menelantarkan tugas pokok dalam keluarga.
2.3 Anak Remaja
Sarwono (2007) mengungkapkan meskipun
tidak ada batasan secara eksplisit tentang usia remaja, akan tetapi dalam
undang-undang Kesejahteraan Anak (UU No. 4/1979) disebabkan bahwa semua orang
di bawah usia 21 tahun dan belum menikah dikategorikan sebagai remaja. Apabila
sudah menikah dalam usia tersebut maka dianggap sebagai orang dewasa. Sementara
itu masyarakar Indonesia menggolongkan usia reemaja pun dibagi menjadi remaja
awal 11-15 tahun dan remaja akhir 16-24.
Secara psikologis anak usia remaja,
nalar (reason) bangkitnya akal (ratio) dan kesadaran diri (self consciousness) sudah mulai muncul.
Dalam masa ini terdapat energy dan keinginan coba-coba.Periode ini merupakan
puncak perkembangan emosi.Terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan
diri sendiri menjadi memerhatikan harga diri. Gejala lain yang muncul adalah
bangkitnya dorongan seks.
Melihat kecenderungan-kecenderungan anak
usia remaja yang dikategorikan sebagai usia labil atau rentan, dimana kan
memasuki usia transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Oleh karena itu, anak
usia remaja memerlukan perhatian dan perlakuan ekstra dari orangtuanya. Jika
masih usia anak-anak orang tua masih mudah untuk mengarahkannya karena masih
relative gampang untuk diatur, karena anak masih merasa takut apabila menentang
ucapan orangtuanya. Namun tidak bagi usia remaja karena mereka belum tentu sama
dengan keinginan anak usia remaja. Situasi seperti inilah yang sering menjadi
awal buruknya interaksi atau hubungan anak dan orang tua
Dimasa ini remaja mulai mencari konsep
diri dan jati diri, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari orang tua
selain orang yang dapat melindungi dan membuat dirinya nyaman, juga membutuhkan
teman untuk berbagi.Sedah seharusnya orang tua menempatkan diri sebagai teman
bagi anak-anaknya yang sudah memasuki masa remaja, mengubah perlakuan yang sebelumnya
terlalu ingin didengarkan, terlalu melindungi, dominan, selalu memberikan
bantuan dan memaksakan keinginan orang tua. Kini saatnya menjadi orang tua yang
manis dan bijak. Orangtua yang empati, mencoba untuk memahami keinginan dan
kebutuhan anak, mencoba untuk menjadi pendengar yang baik, menjadi teman bicara
mengajak anak berpikir terhadap masalah yang sedang dihadapinya.Hal ini pula
yang ditegaskan oleh Sarwono (2007) dalam bukunya Psikologi Remaja.
Pada usia remaja mereka sangat
membutuhkan teman. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Bahagia
apabila ada orang yang mendengarkan ucpannya, membutuhkan orang yang bisa
diajak bicara tentang sesuatu hal yang terjadi diusianya, termasuk cerita
tentang lawan jenis.Pada masa ini remaja masih selalu ragu-ragu dan bimbang
dalam memilih atau mengambil keputusan. Kebingungan karena ia tidak tahu harus
memilih yang mana. Misalnya di saat dituntut untuk peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan
sebagainya.Orang karena itu wajar papabila mereka memerlukan teman yang bisa
diajak berbagi.Sangat berat apabila yang dijadikan teman tersebut adalah orang
tuanya.Menjadi orangtua sekaligus teman bagi anak-anaknya lebih baik daripada
mereka mencari teman di luar karena dikhawatirkan anak mendapatkan lingkungan
pertemana yang tidak baik.
Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai
tempat yang jelas.Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk
golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa.Oleh karena
itu, remaja disebut pula sebagai masa transisi.Remaja masih belum mampu untuk
menguasai fungsi-fisik maupun psikisnya.Ditinjau dari kondisi tersebut mereka
masih tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam
masyarakat.Pada umumnya mereka masih belajar di sekolah atau perguruan
tinggi.Bila mereka bekerja, mereka melakukan pekerjaan sambilan dan belum
mempunyai pekerjaan yang tetap.
Dalam perkembangan social remaja dapat
dilihat adanya dua macam gerak; pertama yaitu memisahkan diri dari orang tua
dan yang lainnya adalah menuju kea rah teman-teman sebaya. Dua macam arah gerak
ini tidak merupakan dua hal yang berurutan meskipun yang satu dapat terkait
pada yang lain. Dalam masa remaja, mereka berusaha untuk melepaskan diri dari
millik orang tua dengan maksud untuk menemukan jati dirinya.Akan tetapi sebagai
pondasi awal menuju tahapan tersebut lingkungan keluarga sangat berpengaruh.
Oleh karena itu keluarga yang memiliki figure yang kuat bagi anggota
keluarganya, maka anak-anak secara tidak langsung akan mengkiblatkan pada
figure dikeluarganya tersebut
2.4 Orang tua karir
Orang tua karier adalah sebuah pilihan
bagi seorang ayah atau seorang Ibu untuk mempunyai dua peran sekaligus atau
profesi ganda. Orang tua karier adalah
orang tua yang memiliki peran ganda, selain sebagai ibu rumah tangga
juga sekaligus sebagai pekerja atau karyawan.
2.5 Wanita Karir
Orang tua karier mengaku alasan mereka
bekerja karena sebuah tuntutan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan memilih
menjadi orang tua karier adalah suatu kewajiban sebagai kepala
keluarrga.Walaupun dalam pelaksasnaanya, istri (ibu) ikut membantu dalam
mencari nafkah.Namun, tetap yang berkewajiban memenuhi kebutuhan keluarga
adalah suami (ayah).
Selain tuntutan ekonomi, wanita karier
juga dapat bisa terjadi juga karena kebutuhan psikologis, dimana merasakan
kepuasan tersendiri apabila dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki.Selain
itu, ibu bekerja juga dapat membantu suami dalam memenuhi kebutuhan
keluarga.Inilah gambaran dari alasan orang tua memililh untuk menjadi orangtua
karier.
Terlepas dari ragam alasan memilih
menjadi orang tua karier tersebut, pada kenyataanya memang kondisi orang tua
karier di kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya dan kota lainnya
yang sangat diminati. Selain karena factor kebutuhan keluarga, juga karena
factor lingkungan yang membuat mereka tertarik menjadi orang tua (ayah dan ibu)
karier.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1.1. Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara jawaban yang kami
peroleh dari para narasumber diatas dapat dilihat bahwa terdapat problema
antara orang tua (ibu) karier dengan anaknya. Sebagaimana hubungan
Interpersonal yang baik itu sangat berpengaruh sekali terhadap psikologi dan
sikap anak. Saat wawancara kami menemukan sebuah jawaban dari seorang orang tua
karier (ibu). Ia seperti kurang memperhatikan anaknyan karena beralasan bekerja
adalah salah satu kebutuhan psikologi agar dapa mengaplikasikan ilmunya. Karena
kesibukan ia dan suaminya, ia lebih memberikan tanggung jawab terhadap pihak ke
tiga atau pengasuh. Padahal, jika hubungan interpersonal anak dan orangtua
(ibu) tidak baik setidaknya anak akan mencari teman sebayanya yang dapat dijadikan
sebagai teman untuk berbagi atau bercerita tentang masalahnya. Tetapi teman
sepermainan dapat berpengaruh buruk, jika anak tersebut salah bergaul. Oleh
karena itu pengawasan dan perhatian dari orang tua sangat dibutuhkan oleh
seorang anak. Karena seorang anak remaja pemikirannya masih sangat labil. Namun
kami pun menemukan jawaban lain, orang tua karier karena alasan untuk membantu
suami dan keluarga dalam bidang ekonomi.
Komunikasi interpersonal antara orang
tua karir khusunya bagi seorang ibu yang mempunyai profesi ganda, yang berperan
sebagai orang tua sekaligus wanita karir memang akan mengalami kesulitan.
Apalagi ketika banyak kerjaan yang menumpuk atau deadline.Salah satu kendalanya
adalah keterbatasan waktu dan sikap anaknya yang menjadi sedikit tertutup
karena jarangnya ada waktu luang untuk berkomunikasi dengan anak sehingga
menimbulkan kecanggungan.
Pada dasarnya anak dapat menerima
kondisi orang tua karier, namun mereka tetap mengaharapkan komunikasi tetap
berjalan, tetap adanya perhatian dari orang tua, meskipun sesibuk apa pun
pekerjaan dikantor. Jika anak mengalami kurang perhatian dan kurang terbuka
kepada orang tua.Seorang anak biasanya akan mencari atau bermain dengan teman
sebaya untuk berbagi cerita. Namun anak remaja dapat terpengaruhi jika ia salah
bergaul, mereka dapat terlibat dalam hal negative seperti kenakalan remaja,
pergaulan bebas. Persoalan tersebut pada akhirnya terpulang kembali kepada
rumah tangga masing-masing.
Mengelola hubungan diawali dari sebuah
kepercayaan (trust) orang tua karier dan anak remaja.Keadaan ini diperlihatkan
memalui dukungan anak remaja terhadap karier orang tua.Anak tidak mempersoalkan
karier orang tua, selama orang tua masih memerhatikan keluarganya.Penerimaan
anak remaja ini sebagai salah satu wujud sikap saling percaya.Demikian pula
orang tua karier, berharap penerimaan anak remaja terhadap kariernya,
dibuktikan melalui sikap dan pemikiran yang positif.
Sikap menerima tidaklah semudah yang
dikatakan.Kita cenderung menilai dan sukar menerima.Akibatnya hubungan
interpersonal tidak berlangsung seperti yang diharapkan. Menurut Rahkmat (2000)
bila tidak adanya sikap menerima, akan timbul sikap mengkritik, mengecam atau
menilai. Sikap seperti ini akan menghancurkan kepercayaan. Sebaliknya, sikap
menggerakkan sikap percaya karena orang tahu tidak akan merugikan mereka.
Namun demikian, yang namanya kendala
atau hambatan tentu ada saja.Misalnya untuk liburan, awalnya menginginkan anak
untuk ikut, ternyata anak juga memiliki acara bersama teman-teman sekolahnya.Akhirnya
waktu kebersamaan itu terpaksa tidak ada.Tetapi kondisi seperti itu tidak
dijadikan kendala.
Ketika ibu menetapkan pilihannya sebagai
wanita karier maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dia mengatur
tanggung jawab sebagai sebagai karyawan atau pegawai dengan kesibukan profesi
ia di rumah atau keluarga sebagai ibu rumah tangga. Orang tua karier sering
dianggap sebagai penyebab burknya hubungan orang tua dan anak remaja.Pakar
komunikasi menyebutnya dengan istilah hubungan interpersonal atau relasi antar
pribadi orang tua dengan anak.
3.2
Persoalannya sekarang adalah bagaimana
mengatur tanggung jawab dirumah dan di tempat kerja, sering menjadi dilema
orang tua karier. Mereka menginginkan keduanya tetap berjalan baik, anak tetap
bisa diperhatikan dan pekerjaan kantor bisa tuntas. Memang tidak mudah
menjalankan keduanya, terlebih bagi seorang Ibu.
Pada dasarnya kendala yang paling berat
dirasakan orang tua karier adalah bagaimana mengatasi kendala waktu yang sering
menjadi konflik antara pekerjaan dan keluarga.Konflik waktu ini menyebabkan
hambatan secara psikologis, fisiologis dan biologis.Hambatan secara psikologis
misalnya anak merasakan sedih, kesepian, hampa karena kuraangnya perhatian dari
orang tua.Sedangkan secara fisiologis berkaitan dengan jarak fisik yang sering
tidak dapat bertemu secara tatap muka (face
to face).Meskipun interaksi bisa dilakukan melalui media, tetapi adakalanya
interaksi memerlukan pertemuan langsung.Hambatan biologis merasa bersalah
karena kesibukannya di luar rumah, mengakibatkan perhatian terhadap kebutuhan
keluarga seperti makanan, menyiapkan hidangan pagi dan malam misalnya kurang
dapat diperhatikan.Waktu yang terbatas menyebabkan hambatan-hambatan itu
terjadi di lingkungan orang tua karier.Namun demikian, hambatan-hambatan
tersebut tidak serta-merta mengakibatkan hubungan menjadi buruk karena selama
adanya kepercayaan dari keduanya tidak jarang akhirnya ketiga hambatan tersebut
di atas dapat teratasi.
Setiap keluarga tentu saja mempunyai
aturan-aturan dalam rumah. Tanpa peraturan, setiap anggota keluarga keluarga
pasti tidak akan mempunyai arahan yang jelas. Akan tetapi dalam pelaksanaan
peraturan tersebut diharapkan bisa diterima oleh semua anggota keluarga
sehingga mereka tetap merasa nyaman dan aman berada dirumah atau tetap merasa
nyaman berada di dekat orang tuanya.
Anak merasa lebih suka orang tua yang
memberikan kepercayaan. Menghargai keinginan mereka sehingga akan mendorong
anak menjadi mandiri, terbuka dan tidak bergantung pada orang tua. Sedangkan
untuk urusan rumah tangga, para orang tua juga menyebutkan mereka lebih orang
lain dalam pelaksanaan tugas rumah tangganya. Namun ada pula yang lebih memilih
untuk melibatkan anak-anak, dengan alasan menghemat biaya dan melatih agar anak
lebih mandiri serta bertanggung jawab.
Melibatkan anak-anak dalam pekerjaan
rumah tangga merupakan langkah tepat untuk membuka komunikasi dengan
anak-anak.Mendekati mereka tanpa mereka sadari.Pasalnya dengan suasana
kebersamaan sering terjadi pembicaraan yang terduga.Seperti layaknya pertemanan
sehingga anak tidak sungkan untuk bercerita.Pendekatan psikologis yang
diterapkan keluarga ibu Hafid tersebut, ternyata efektif dalam menciptakan
suasana komunikasi interpersonal dengan anaknya.
Disisi lain komunikasi juga dapat
menciptakan. Anak merasa nyaman meskipun banyak peraturan yang diterapkan di
rumahnya asalkan diutarakan alasannya dengan baik tanpa ada pemaksaan dan rasa
curiga dari orang tua.Anak tidak merasa terbebani disaat harus membantu
pekerjaan rumah karena pendekatan yang dilakukan orang tua tidak memaksa tapi
memperikan contoh.
komunikasi interpersonal bertujuan
mencapai pengertian dan perubahan pada setiap anggota keluarga dengan cara khas
yang dimiliki keluarga tersebut dan saling memberikan dukungan, karena dalam
keluarga tiap anggotanya saling memiliki ketergantungan dan memerlukan
perhatian.
Bentuk komunikasi antar pribadi tidak
semata dalam bentuk percakapan atau tatap muka, tetapi juga dalam bentuk lain
seperti dnegan menggunakan media komunikasi antarpribadi (sms, bbm, line,
surat, telpon, dll) atau dengan memanfaatkan isyarat komunikasi nonverbal.
Dukungan terhadap karier orangtua juga
dapa berupa sikap mandiri, “paling tidak, tidak mengganggu pekerjaan orang
tua”. Misalnya dengan membantu meringankan pekerjaan orang tua di rumah,
misalnya merapikan kamar sendiri, bila lapar memasak sendiri dan juga
memberikan hal terbabik pada orang tua, misalnya dengan meujudkan prestasi yang
bagus disekolah atau dukungan lain dengan memberikan kata “semangat mah”. Orang
tua pun dapat sebaliknya, misalnya disaat waktu luang menyiapkan makanan
kesuakaan anaknya atau bila anaknya mendapatkan suatu penghargaan atau prestasi
yang meningkat bisa diajak makan bersama dan keluar rumah.
Adapun gambaran orang tua karier yang
berhasil dalam mengelola keluarga, disamping sibuk dalam berkarier seperti yang
diungkapkan oleh Adi J. Mustafa (2008) dalam sebuah artikelnya “Energi Cinta”
untuk Keluarga-Mengukur Keberhasilan Anak menyebutkan bahwa ada beberapa
karakteristik orang tua yang berhasil dalam mendidik anak-anak dalam sebuah
keluarga:
ü Good Health
– Anak-anak yang menggapai kesehatan optimal secara fisik, emosi dan spiritual
serta memiliki dorongan kuat untuk meraih kemuliaan, menguasai berbagai
keterampilan dan semangat yang besar.
ü Safety and Security –
Anak-anak terpenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk makanan, tempat tinggal,
pakaian dan transportasi. Anak-anak yang terlindungi dari kekerasan dan
penyahgunaan.
ü Succes at Learnning –
Anak-anak yang memiliki kesempatan untuk belajar, mengapai potensinya dalam
peertumbuhan fisik dan social, keterampilan berbahasa, menulis, berhitung, dan
pengetahuan umum. Karena itu mereka dapat mengembangkan berbagai keterampilan
pengetahuan dan berbagai kemampuan (kompetisi) yang mereka butuhkan untuk
keberhasilan melewati masa transisi menuju kehidupan untuk keberhasilan
melewati masa transisi menuju kehidupan sebagai orang dewasa.
ü Social Enggagement and
Responsibility – Anak remaja dapat membentuk kasih
sayang yang stabil terhadap orang dewasa. Anak mampu membangun hubungan yang
kuat dan saling mendukung di dalam dan di luar keluarga mereka. Anak-anak yang
menghormati diri mereka sendiri dan orang lain; anak yang mengerti
konsekuensi-konsekuensi pribadi dan social atas pilihan-pilihan yang mereka
ambil.
Keberhasilan orang tua dalam mengelola
keuarga adalah dengan mendidik anak bersifat terbuka.Menurut Hopson hal ini
merupakan syarat hubungan harmonis.Yaitu sebuah hubungan yang harmonis.Yaitu
sebuah hubungan yang dilandasi oleh rasa saling percaya, terbuka, saling bahagia,
memahami dan saling menyayangi.Keharmonisan keluarga bersumber dari kerukunan
hidup didalam keluarga.Ciri-cirinya sesame anggota keluarga terdadpat hubungan
yang nyata, teraatur dan baik, terutama hubungan antara anak dan orang tua.Jadi
keharmonisa keluarga merupakan sarana pembentuk karakter dan keberhasilan anak.
Oleh sebab itu keluarga yang memiliki latar belakang baik akan mampu membimbing
dan mengarahkan anaknya kea rah yang mereka cita-citakan. Demikian pula
sebaliknya, keluarga yang tidak baik atau tidak harmonis akan sulit untuk
membimbing anak mereka menjadi yang terbaik bagi masa depannya.
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan
bahwa keberhasilan anak dalam mencapai pendidikan sangat dipengaruhi beberapa
factor, salah satunya adalahfaktor lingkungan keluarga. Keluarga adalah tempat
pendidikan anak yang sangat strategis bagi anak.Betapa banyak hasil penelitian
membuktikan bahwa keluarga yang berhasil mengantarkan pendidikan anaknya adalah
keluarga yang dapt menjaga disiplin dan memelihara keharmonisan.
Model komunikasi yang terjadi dalam
keluarga adalah komunikasi antarprbadi atau komunikasi interpersonal.Dalam
model komuinikasi yang terbentuk, bisa saling memberikan umpan balik atau feedback, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Angela menemukan pula bahwa anak-anak dalam lingkungan orang
tua bekerja, tidak mempersoalkan orang tua ,ereka bekerja, selama adanya
komunikasi dan orang tua lebih membuka diri terhadap anaknya, serta mau
menerima pendapat atau saran-saran dari anaknya.
Perlu adanya kedekatan diantara sesame
anggota keluarga. Melalui kedekatan ini, akan menciptakan aktivitas bersama
yang dilakukan secara intensif seperti contoh sederhana yaitu makan bersama.
Karena kegiatan ini dilakukan oleh anggota keluarga pada waktu seta tempat yang
sama. Selain itu, dalam aktivitas makan bersama ini dapat terjadi interaksi
timbal balik.Melalui interaksi ini diharpkan hadirnya keterbukaan, kepercayaan,
serta rasa saling berbagi, mengerti dan menyayangi.
Waktu bersama juga dapat dihabiskan dalam
bentuk pekerjaan bersama di dalam rumah tangga.Misalnya orangtua dan anak
remaja berbagi tugas pekerjaan rumah tangga.Cara seperti ini terlihat sederhana
tetapi bisa dijadikan sebagai metode ddalam mengelola harmonisasi keluarga atau
menjaga agar hubungan atau relasi orang tua karier dan anak remaja serta
anggota keluarga lainnya tetap berjalan harmonis.Kebersamaan ini bisa dijadikan
awal komunikasi yang baik karena persoalan muncul terkadang karena komunikasi
yang tidak berjalan.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Orang tua karier sering dianggap sebagai
penyebab burknya hubungan orang tua dan anak remaja.Pakar komunikasi
menyebutnya dengan istilah hubungan interpersonal atau relasi antar pribadi
orang tua dengan anak.Persoalannya sekarang adalah bagaimana mengatur tanggung
jawab dirumah dan di tempat kerja, sering menjadi dilema orang tua karier.
Mereka menginginkan keduanya tetap berjalan baik, anak tetap bisa diperhatikan
dan pekerjaan kantor bisa tuntas. Memang tidak mudah menjalankan keduanya,
terlebih bagi seorang Ibu.
Pada dasarnya kendala yang paling berat
dirasakan orang tua karier adalah bagaimana mengatasi kendala waktu yang sering
menjadi konflik antara pekerjaan dan keluarga.Konflik waktu ini menyebabkan
hambatan secara psikologis, fisiologis dan biologis.Hambatan secara psikologis
misalnya anak merasakan sedih, kesepian, hampa karena kuraangnya perhatian dari
orang tua.Sedangkan secara fisiologis berkaitan dengan jarak fisik yang sering
tidak dapat bertemu secara tatap muka (face
to face).Meskipun interaksi bisa dilakukan melalui media, tetapi adakalanya
interaksi memerlukan pertemuan langsung.Hambatan biologis merasa bersalah
karena kesibukannya di luar rumah, mengakibatkan perhatian terhadap kebutuhan
keluarga seperti makanan, menyiapkan hidangan pagi dan malam misalnya kurang
dapat diperhatikan.Waktu yang terbatas menyebabkan hambatan-hambatan itu
terjadi di lingkungan orang tua karier.
Namun demikian, hambatan-hambatan
tersebut tidak serta-merta mengakibatkan hubungan menjadi buruk karena selama
adanya kepercayaan dari keduanya tidak jarang akhirnya ketiga hambatan tersebut
di atas dapat teratasi.
4.2
Saran
·
Ibu
-
Manfaatkan waktu di sela-sela kesibukan
orang tua untuk berkomunikasi dengan anak, bisa lewat telfon atau media lainnya
jika sedang berada dikantor.
-
Memanfaatkan waktu libur untuk bersama
dengan anak.
-
Memberikan kepercayaan kepada anak.
-
Tidak terlalu memaksakan kehendak
terhadap anak, agar anak tidak merasa tertekan.
-
Selalu ,mengetahu kebutuhan, jadwal dan
kegiatan anak diluar sekolah maupun di dalam sekolah
·
Seorang anak
-
Memberikan kepercayaan kepada orang tua,
karena orang tua selalu memberikan hal yang terbaik kepada anak.
-
Berusaha memberikan hal terbaik kepada
orang tua, misalkan memberikan kebanggaan dengan prestasi yang bagus.
-
Selalu berkomunikasi dan berusaha
terbuka terhadap orang tua.
Rakhmat, Jalaludin, PsikologiKomunikasi, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2012
0 Response to "Makalah Hubungan Interpersonal Wanita Karier Dengan Anak"